Liputan6.com, Jakarta - Salah satu teknologi terkini yang ada pada kendaraan di Indonesia adalah throttle-by-wire (tbw). Meski di belahan bumi lain, teknologi ini telah cukup jamak. Twb bahkan tercatat pertama dikenal pada 1980an.
Lantas apa sebenarnya throttle-by-wire itu? Laman autobytel.com, dikutip Rabu (26/10/2016) menjelaskan, tbw pada dasarnya adalah teknologi yang mengganti kabel fisik atau kabel baja pilin yang menghubungkan antara grip gas dan klep kupu-kupu (butterfly) dengan sebuah kawat yang membawa sinyal elektronik.
Pada sepeda motor konvensional, kabel baja pilin menghubungkan antara grip gas yang ada pada stang sebelah kanan, dengan klep kupu-kupu yang ada di karburator atau throttle body. Kabel ini mengatur jumlah udara yang masuk ke mesin.
Baca Juga
Advertisement
Semakin pedal gas ditekan, maka klep kupu-kupu akan membuka lebih lebar, memungkinkan lebih banyak udara masuk ke dalam mesin. Pada mesin injeksi, udara tambahan dimungkinan diatur oleh komputer jika memang kurang.
Nah, pada sistem twb, setiap betotan gas akan dikonversi menjadi sinyal digital yang akan disalurkan ke `otak kendaraan` atau ECU. Betotan gas ini ditransfer oleh konverter analog ke digital atau transporder.
Setelah ECU memproses data tersebut, maka komponen itupun akan `memerintahkan` motor steper untuk membuka klep kupu-kupu.
Jadi mudahnya, pada sistem konvensional, grip gas dan bukaan klep kupu-kupu terhubung secara langsung, sementara pada sistem twb, grip gas tidak langsung terhubung ke klep kupu-kupu, melainkan diproses dulu di ECU.
Lantas, apa efeknya saat berkendara? Konsekuensi masuknya data terlebih dulu ke ECU, bukaan gas sebesar apapun tak akan langsung direspon. Sehingga, misalnya, jika kita membetot gas hingga maksimal, maka responnya tidak akan langsung `nendang`.
Salah satu kelebihan utama dari sistem ini adalah kendaraan bisa lebih hemat bahan bakar. Pasalnya, putaran gas akan diseimbangkan secara otomatis dengan bukaan klep kupu-kupu, sehingga tak ada pembakaran berlebih di ruang bakar.