Pengakuan Mengejutkan Warga Mosul yang 'Menikmati' Dijajah ISIS

ISIS makin meningkatkan usahanya untuk tetap mempertahankan 'benteng' terakhirnya sejak pasukan koalisi Irak bertempur di Mosul.

oleh Citra Dewi diperbarui 27 Okt 2016, 08:00 WIB
Bendera ISIS (Reuters)

Liputan6.com, Mosul - Pasukan koalisi Irak telah memasuki minggu kedua dalam pertempuran untuk mengambil alih Mosul dari ISIS. Sejumlah warga pun terpaksa dievakuasi untuk menghindari timbulnya korban jiwa.

Namun ada seorang warga yang mengungkapkan bahwa ia sebenarnya menikmati kehidupan di bawah kendali ISIS. Pria itu bernama Ezzat Shaheen.

Shaheen merupakan satu di antara 335 warga yang dievakuasi ke kamp pengungsian dari desa Tob Zawa, 9 kilometer dari Mosul, yang telah diambil alih oleh pasukan khusus pada Senin 24 Oktober lalu.

Ia keluar dari Mosul dengan mengendarai mobil bersama istri dan 10 anaknya. Sementara terdapat warga lain yang masih tinggal di kota terbesar kedua di Irak itu untuk menjaga tanah dan ternaknya.

"Jujur, hidup kami (di bawah ISIS) baik," ujar Shaheen seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (26/10/2016).

"Di sana terdapat keadilan, prinsip yang jelas--seperti tidak boleh mencukur janggut dan beribadah di masjid--jika kamu tak melanggar mereka, tak akan ada yang mengusikmu," imbuh pria berusia 55 tahun itu.

Pertempuran untuk melawan ISIS dan pembebasan Kota Mosul, Irak, telah dimulai oleh pasukan koalisi (Reuters)

Shaheen mengatakan ia bisa menjual ternak dan hasil pertaniannya di desa atau di Mosul tanpa ada masalah. Sebagai gantinya, ia membayar zakat kepada ISIS.

"Sekolah yang dikelola pemerintah tutup, namun sekolah agama (yang dijalankan ISIS) buka, dan kami tak memiliki klinik di desa, tapi kami bisa pergi ke Mosul untuk mendapat perawatan," kata Shaheen.

Namun warga lain yang telah kabur dari Mosul mendeskripsikan hal berbeda. Ia mengatakan bahwa ISIS memerintah dengan peraturan militer, di mana para militannya memberlakukan pelatihan agama dan militer pada anak-anak.

Salah satu warga yang dievakuasi dari Tob Zawa bersama dengan istri dan empat anaknya, Abdeljabar Antar, mengatakan bahwa militan ISIS telah melibatkan militan asing yang ia tak kenal bahasanya.

Beberapa hari sebelum terjadi serangan, Antar mengatakan bahwa desanya kekurangan makanan dan persediaan. Warga juga harus menerima izin pergi dari ISIS.

"Aku berharap hidup akan kembali sebelum 2014--di mana ISIS mulai menduduki Mosul," ujar Antar.


Taktik ISIS untuk Mengecoh Pertempuran

Pertempuran pasukan Irak dengan militan ISIS telah memasuki hari ketiga pada 25 Oktober lalu di sebuah kota terpencil yang jauh dari Mosul. Namun koalisi yang dipimpin oleh AS bersikeras bahwa serangkaian serangan itu tak memaksa mereka untuk mengalihkan sumber dayanya dari kota itu.

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengakui bahwa militan ISIS merebut markas pemerintah di Rutba.

Utusan Gedung Putih untuk koalisi yang dipimpin AS bersikeras bahwa strategi yang dilakukan ISIS itu akan gagal. Ia juga mengatakan bahwa tak ada pengalihan pasukan untuk merebut Mosul.

"Daesh (sebutan lain untuk ISIS) mencoba untuk meluncurkan serangan rampasan," ujar Brett McGurk dalam konferensi pers di Baghdad.

"Ini seperti apa yang diperkirakan, direncanakan, dan kita bisa mengharapkan lebih dari itu," imbuh dia.

Pasukan Irak di Rutba (Reuters)

Serangan kompleks ke Rutba, dinilai sebagai upaya terbaru ISIS untuk mengalihkan sumber daya militer Irak dalam berperang melawan militannya di benteng 'terakhir' kelompok militan itu.

Pekan lalu, kelompok tersebut melancarkan serangan serupa di dalam dan sekitar Kirkuk yang terletak 170 kilometer di tenggara Mosul. Pertempuran yang berlangsung selama dua hari itu menewaskan sedikitnya 80 orang.

McGurk mengatakan bahwa serangan militan di Rutba dilakukan oleh kelompok kecil dan mudah untuk dikalahkan. Namun ia membenarkan bahwa masih ada kehadiran ISIS di dua kota tetangga.

Pasukan Irak menegaskan bahwa serangan militan di Rutba telah berada di bawah kendali, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Al-Abadi mengakui militan ISIS mengalami sejumlah keberhasilan dalam serangan pada 23 Oktober lalu. "Mereka mengambil kendali, itu benar, beberapa markas kota," ujar dia.

Namun pasukan keamanan Irak memukul mundur mereka dalam beberapa jam dan mengambil alih kota.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya