Liputan6.com, Jakarta Nasib Jessica Kumala Wongso akan diketok Kamis hari ini. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akan menggelar sidang putusan untuk terdakwa kasus kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin.
Sidang putusan diprediksi akan berjalan riuh. ratusan polisi pun disiagakan untuk memastikan kelancaran sidang yang telah menjadi sorotan nasional itu. 489 personel gabungan dari Polda Metro disiagakan.
Advertisement
Riuhnya sidang Jessica terjadi hampir di setiap acara persidangan. Beberapa kali majelis hakim terpaksa menegur pengunjung untuk tenang agar sidang bisa dilanjutkan.
Pengunjung sidang tak lagi di kalangan keluarga atau pihak terkait, sejumlah pihak yang tidak terlibat langsung pun turut meramaikan dan bicara sidang Jessica. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK, meski tak hadir di ruang sidang, turut angkat bicara.
Menurut JK Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari jalannya sidang ini, terutama untuk kepolisian.
"Saya melihat bagaimana diskusi diracun atau tidak di sebuah restoran, ini jelas kan beda pada zaman dulu. Mungkin zaman dulu digertak sedikit pelakunya selesai. Kalau sekarang metode ilmiah yang menentukan itu," ujar JK di Jakarta, Kamis 11 Agustus 2016.
Hal ini menunjukan perbedaan sangat jauh antara zaman dulu dengan saat ini. Dinamika dan modus kejahatan semakin beragam.
"Hari ini kejahatan bukan hanya pencurian perampokan dan penipuan, kejahatan cyber, kejahatan yang lebih pintar dari sebelumnya," imbuh dia.
JK pun punya prediksi sendiri terkait ujung dari kasus ini.
Kalau mengikuti jalannya sidang yang berlarut-larut, tidak ada satu pun bukti yang bisa menunjukkan Jessica Wongso menaruh racun. Namun, menurut JK itu semua tergantung penilaian hakim.
"Pemeriksaan Jessica yang sama-sama racun, saya tidak tahu, tergantung nanti putusannya. Saya kira dari segi bukti, tidak ada orang yang melihat satu orang masukkan racun diminum oleh Mirna," ucap dia.
Sejak awal persidangan, banyak pihak menilai akan terjadi perang intelektual pada sidang Jessica. Saksi ahli lebih banyak berbicara di persidangan dibanding saksi yang berkaitan langsung dengan kasus ini.
"Kalau mengikuti pemeriksaan Jessica, bisa saja siapa tahu dia bebas. Maka kasus ini jadi tidak ada, kalau tidak ada yang lihat. Siapa yang lihat, saya kira lihat saja prosesnya," ujar JK.
Gaduh Roy Suryo
Tidak hanya JK, mantan Menpora Roy Suryo juga menaruh perhatian pada kasus kopi sianida yang menewaskan Wayan Mirna Salihin. Pria yang dikenal sebagai politikus Partai Demokrat itu bahkan datang langsung ke ruang persidangan.
Roy bahkan membuat gaduh ruang sidang karena berdiri dan menunjuk-nunjuk saksi ahli dari kubu Jessica yang tengah memberikan keterangan.
Ulahnya pun membuat Otto Hasibuan, pengacara Jessica Wongso berang. Pengunjung lain pun menjadi gaduh dan menyoraki persidangan.
"Kenapa itu pengunjung tunjuk-tunjuk hakim? Jangan nunjuk-nunjuk dong," tegur Otto dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis 15 September 2016.
Suasana sidang pun mendadak riuh. Hampir saja terjadi baku hantam.
"Woi, lu keluar. Suruh keluar Pak Hakim," teriak pengunjung sidang.
"Roy Suryo, duduk lu," teriak pengunjung lainnya.
Dua polisi langsung mendekati Roy, dan beberapa polisi lainnya menenangkan pengunjung. Namun, Roy tetap berdiri mematung. Padahal, pengunjung terus meneriaki dia.
"Tenang-tenang," ujar Ketua Majelis Hakim Kisworo, menenangkan situasi persidangan.
Beberapa saat setelah menunjuk hakim, Roy tersenyum dan memberi hormat kepada hakim. Dia meminta maaf karena membuat gaduh saat persidangan.
Roy mengakui kesalahannya membuat keributan di ruang sidang. "Saya meminta maaf atas keributan tadi di dalam ruang sidang. Tapi, saat itu saya hanya ingin memberi support pada Pak Nuh."
"Dia itu anggota Asosiasi Ahli Digital Forensik Indonesia. Saya juga tak rela ilmu pengetahuan dilecehkan," dia menambahkan.
Advertisement
Anton Medan Prihatin
Selain JK dan Roy Suryo, sidang Jessica juga mengusik perhatian mantan preman Anton Medan. Di sidang ke-17 Jessica Kumala Wongso, dia datang langsung di PN Jakarta Pusat.
"Saya ke sini ingin ketemu Jessica atau kasih semangat aja," ucap Anton di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis 1 September 2016.
Anton mengaku prihatin atas kasus yang menimpa Jessica. Dia juga beranggapan, persidangan yang tak kunjung usai ini cenderung bersifat subjektif, bukan objektif. Untuk itu, kehadirannya dimaksud untuk memberikan dukungan moral terhadap Jessica.
Anton menuturkan, persidangan Jessica tidak memiliki dasar fakta. Dia pun mempertanyakan, mengapa sidang masih terus dilanjutkan, padahal menurutnya hanya berisi asumsi.
Bahkan, lanjut Anton, rekaman CCTV yang sudah diperbesar sekalipun tidak mampu memperlihatkan secara jelas Jessica menaruh sianida di gelas tersebut.
"Apakah akan kita biarkan pengadilan menyesatkan seperti ini?" ujar Anton yang merupakan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) itu.