Liputan6.com, Mosul - ISIS mengirim "suicide squad" atau "pasukan bunuh diri" dari Suriah menuju Mosul, di saat sepuluh ribu pasukan koalisi mendekati 'benteng' terakhir kelompok militan itu.
Saksi mata mengatakan, terdapat ratusan militan ISIS berjalan menuju Mosul dari Raqqa, Suriah, dalam dua hari terakhir. Mereka terlihat mengenakan seragam yang mencolok, sabuk bom bunuh diri, dan membawa senapan ringan.
Advertisement
Koalisi dengan jumlah sekitar 100.000 pasukan memulai operasinya pada 17 Oktober lalu untuk mengambil alih Mosul dari ISIS. Sepanjang perjalanan, mereka dengan perlahan membebaskan desa-desa yang dikuasai kelompok militan itu.
Seperti dikutip dari CNN, Kamis (27/10/2016), bentrokan dengan pasukan ISIS diperkirakan akan terjadi lebih sengit saat pasukan koalisi mendekat dan masuk ke dalam Mosul.
Di saat koalisi mulai menggencarkan upayanya, ISIS telah memasang pertahanan sengit di sejumlah wilayah yang dikuasainya. Mereka pun mengandalkan taktik perang asimetris, seperti membakar ladang minyak dan pabrik sulfur untuk memukul mundur pasukan koalisi, serta menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Kelompok militan itu juga melakukan pembunuhan ganti rugi, dengan mengeksekusi sekitar 40 orang pada 22 Oktober lalu di desa yang baru saja dibebaskan, Minrud. Hal tersebut mereka lakukan sebagai bentuk balas dendam kepada mereka yang telah menyambut pasukan Irak.
Pada pekan lalu, ISIS telah menewaskan 284 pria dan anak-anak di sejumlah wilayah dan di sekitar Mosul.
Juru Bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Rupert Colville, mengatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan atas tindakan keji yang dilakukan ISIS ketika pasukan koalisi berupaya mengambil alih Mosul.
"Kami terus menerima laporan adanya penghancuran--termasuk pembunuhan di luar hukum dan eksekusi, terhadap anak-anak dan perempuan, serta warga sipil laki-laki oleh ISIL saat pasukan pemerintah Irak mendekati Mosul," ujar Colville dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, dan menyebut ISIS dengan ISIL (The Islamic State of Iraq and the Levant).
"Kami juga terus menerima informasi yang memperkuat keyakinan bahwa ISIL sengaja menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia--memaksa mereka untuk pindah ke wilayah di mana militan ISIL berada, atau mencegah mereka pindah ke tempat lain untuk alasan strategis," imbuh dia.
Colville juga menyebut satu kasus, di mana tiga perempuan dan tiga gadis muda diduga dibunuh setelah membuntuti sebuah kelompok yang dipaksa ISIS memaksa untuk pindah. Para korban ditinggal karena salah seorang gadis menderita cacat.
Ia juga mengatakan, 15 warga di Safina, desa di selatan Mosul, dibunuh dan jasadnya dibuang ke sungai karena diduga berupaya menyebarkan teror di antara penduduk.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter mengatakan, upaya untuk mengambil alih Raqqa akan akan terus dilanjutkan dan tak akan berhenti atas adanya operasi Mosul.
"Akan ada tumpang tindih, dan itu merupakan bagian dari rencana kita," ujar Carter.
"Kami telah mulai melakukan pekerjaan dasar untuk memulai isolasi Raqqa," imbuh dia.