Liputan6.com, Madrid - Spanyol jadi target kecaman. Sebab, negara itu dianggap membantu mempersiapkan bahan bakar bagi armada kapal perang Rusia yang sedang meningkatkan serangan terhadap Aleppo, Suriah.
Politisi dan tokoh militer mengutuk dukungan anggota NATO tersebut. Ketua organisasi internasional itu pun mengatakan, Pemerintah Spanyol harus memikirkan kembali soal aksinya itu.
Advertisement
Terkait dengan kecaman itu, justru Rusia yang menarik diri. Kremlin membatalkan permintaan berlabuh dan mengisi bahan bakar di pelabuhan Cueta di Spanyol bagi 3 kapal perangnya.
Hal itu dikonfirmasi oleh menteri luar negeri Spanyol, bahwa permintaan bantuan tersebut dibatalkan.
Dikutip dari BBC, Kamis (27/10/2016), Spanyol berada di bawah tekanan dari negara sekutu NATO, untuk tidak membolehkan Rusia mengisi bahan bakar.
Sementara, Menteri Pertahanan Rusia mengatakan, tak ada permintaan kepada Spanyol untuk mengisi bahan bakar bagi 3 kapal perang mereka.
Dalam pernyataannya, kementerian itu mengatakan kapal Rusia memiliki sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka.
Angkatan Laut Negeri Beruang Merah telah berlayar selama seminggu terakhir dari Rusia ke Mediterania.
"Mengingat informasi yang muncul ada kemungkinan bahwa kapal ini akan berpartisipasi dalam mendukung aksi militer di kota Suriah dari Aleppo, kementerian luar negeri meminta klarifikasi dari kedutaan Federasi Rusia di Madrid," kata kementerian luar negeri Spanyol sebelumnya pada Rabu dalam sebuah pernyataan kepada BBC.
Ia menambahkan bahwa izin telah diberikan pada bulan September selama tiga kapal Rusia berlabuh di Ceuta antara 28 Oktober dan 2 November. Menurut pernyataan itu, kegiataan 'stopover' di pelabuhan Spanyol oleh Rusia telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Spanyol secara rutin telah melakukan pengisian bahan bakar pada kapal perang Rusia di pelabuhan Afrika Utara, yang disebut tidak tercakup oleh perjanjian NATO. Setidakya 60 kapal militer Rusia telah melakukan pemberhentian sementara di tempat tersebut sejak April 2010, ketika pangkalan laut itu dibuka untuk melayani kapal dari negara-negara lain.
Tapi setelah adanya permintaan untuk klarifikasi, kedutaan Rusia di Madrid mengatakan menarik permintaannya untuk mengisi bahan bakar.
Kedutaan Rusia telah mengkonfirmasi penarikan tersebut.
Pejabat NATO menduga armada tersebut kemudian melanjutkan pelayarannya ke Mediterania timur dan meningkatkan serangan udara mereka dengan menargetkan Aleppo, Suriah, di mana 270.000 warga terjebak di sana.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa armada kapal yang pekan lalu melewati Selat Inggris itu bisa saja digunakan untuk mengebom warga sipil di Aleppo. Pertempuran di salah satu kota di Suriah itu, ditakutkan sebagai permulaan Perang Dunia III.
Mantan Kepala Direktorat Perjanjian Internasional Kementerian Pertahanan Rusia, Letnan Jenderal Evgenny Buzhinsky, mendeskripsikan pemberhentian di Spanyol sebagai sesuatu yang rutin.
"Selama pemerintahan Spanyol belum melarang, itu adalah hal komersial seperti kapal lain yang berhenti untuk mengambil persediaan, bahkan jika itu menyangkut kapal militer," ujar Buzhinsky.
Ia mengatakan buka hal biasa bagi kapal angkatan Laut Rusia untuk mengambil pasokan di negara-negara NATO, termasuk Yunani dan Italia.