Liputan6.com, Melbourne - Menjadi kaum minoritas di negeri orang bukanlah hal yang mudah. Salah satunya seperti yang dialami umat muslim Indonesia di Australia.
Berlatar belakang isu tersebut, berdirilah sebuah organisasi muslim bertajuk AIDA. Dengan badan tersebut, umat Islam di Negeri Kanguru akhirnya memiliki sebuah naungan.
Advertisement
"Ya, ada Association Islamic Dakwah in Australia yang mengakomodir masyarakat Indonesia khususnya," kata Ketua AIDA cabang Victoria, Wiraguna Sunan di Melbourne kepada Liputan6.com saat berkunjung ke Australia beberapa waktu lalu.
Kebutuhan rohani bagi para pemeluk Islam di Australia, mendorong terbentuknya organisasi tersebut.
"Ada sekumpulan atau grup mahasiswa pelajar-pelajar Indonesia yang mau nggak mau harus menjaga diri kita sendiri, tentang peraturan agama. Kita juga butuh semacam salat Jumat. Awalnya kita butuh semacam rohani. Jadi terbentuklah AIDA."
Sunan menuturkan, saat ini AIDA memiliki beberapa cabang di Australia yang salah satunya berada di Victoria. Para anggotanya juga tak hanya berasal dari Tanah Air, tapi juga dari negeri lainnya.
"Ada di Sydney, Cannes, Adelaide, South Australia, Western Australia, Melbourne. Ada 6," paparnya.
Saat ini hampir 1.000 orang anggota AIDA di seluruh Australia.
"Member kita kebanyakan masyarakat Indonesia. Ada juga yang dari Malaysia dan Singapura. Mereka mostly study di sini. Ada juga yang tinggal di sini permanent resident," beber pria kelahiran bandung itu.
Pria pemilik Jokamz Kitchen Restaurant itu mengungkapkan, bahwa organisasi tersebut bergerak di bidang sosial. "Terutama community muslim di Victoria, di Melbourne khususnya.
"Kita kegiatannya pengajian, mengadakan ilmu Alquran hadis, agama islam yang sesungguhnya, masyarakat yang ada di sini," tuturnya.
Sejarah AIDA
AIDA awalnya berkembang di Sydney, terus berkembang ke salah satunya di Melbourne. Lalu berkembanglah di seluruh negara bagian Australia.
"AIDA tuh ada di semua state di Australia ada cabangnya. Salah satunya di Melbourne ini," ujar pria yang akrab disapa Sunan itu.
Untuk cabang AIDA di Victoria yang dipimpin Sunan, saat ini anggotanya mencapai 130 orang.
"Bertambah terus. Dari yang mulai melahirkan, ada juga datang membawa teman-tamennya. Insyaallah berkembang," ujarnya.
Sejauh ini, imbuh dia, respons masyarakat sekitar dengan AIDA sangat baik.
"Sejauh ini baik-baik saja. Base di Altona north. Beberapa yang mungkin kurang setuju dengan berkembangnya Islam dengan cepat. Tapi kita enggak pernah ada masalah...," ujar Sunan.
Sunan menuturkan, ia kerap menjaga hubungan harmonis antara umat Islam di AIDA dengan lingkungan sekitarnya.
"Kita jaga dengan cara persuasif. Bikin good relationship dengan council, local police, memberikan info-info sebelum mereka menanyakan," jelas dia.
Sejauh ini tak ada kendala dalam pendirian AIDA.
"AIDA itu regeister non profit organisation di victoria. Semua organisasi harus mempunyai legal hukum. Jadi kita terdaftar dan tak mempunyai masalah."
"Australia tak diskriminasi. Mayoritas enggak, cuma minoritas. Dari
pemerintahnya membebaskan kita selama menaati hukum, so far so good."
Dana organisasi non-profit itu didapati dari donatur, sumbangan, sodaqoh member, atau simpatisan.
"Dana-dana tersebut dikumpulkan untuk running pengeluaran kita. Alhamdulillah kalo kita lihat banyak orang yang ingin sodaqah untuk kebaikan."
Saat ini, imbuh Sunan, selain salat Jumat AIDA aktif mengadakan pengajian dan dakwah yang diadakan tiap minggunya. Dakwah bertujuan mengajak seseorang untuk melakukan kegiatan atau tindakan yang bersifat postif.
Berikut cuplikan liputannya hasil kerja sama Liputan6.com dengan ABC International: