Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi dinilai bisa meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya. Setidaknya dari hasil pencarian pengguna internet mengenai suatu warisan budaya, bisa memancing mereka mengunjungi berbagai lokasi terkait seperti museum atau candi.
Hal tersebut yang diyakini oleh Head of Public Policy and Government Relations Google Indonesia, Shinto Nugroho. Ia menilai pengalaman digital kemungkinan besar dapat meningkatkan jumlah kunjungan fisik ke institusi budaya seperti museum dan candi.
"Orang-orang sekarang suka searching di internet ketika mereka akan atau sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat, dan dari hasil pencarian itu, ada kemungkinan mereka akan mengunjungi tempat-tempat itu nantinya," kata Shinto di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Baca Juga
Advertisement
Menurut data Google, tool digital terbukti dapat membantu orang-orang lebih memahami tentang budaya. Mengutip sebuah laporan bertajuk Economist Intelligence Unit on Digitisation of Arts and Culture, Shinto mengatakan bahwa 64 persen responden seluruh dunia menggunakan tool digital untuk mengedukasi diri mereka sendiri mengenai budaya, dan 46 persen untuk mengedukasi anak-anak mereka.
Di Indonesia, 60 persen menyatakan akses digital dapat membantu saat menghadapi tantangan keuangan dan geografis untuk mengetahui segala hal mengenai budaya. "Jadi dengan adanya tool digital, orang-orang di luar daerah seperti Jakarta, misalnya, bisa menggunakan internet untuk mencari tahu mengenai kebudayaan tanpa perlu mengunjungi tempatnya secara langsung," jelas Shinto.
Lebih lanjut, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, mengatakan bahwa peran digital memang dibutuhkan dalam melestarikan budaya Indonesia. Namun ia mengingatkan harus ada keterlibatan publik secara langsung, seperti mengunjungi museum atau lokasi warisan budaya lain.
"Warisan budaya menjadi lebih mudah diakses melalui internet. Tapi kunci keberhasilan budaya adalah adanya keterlibatan publik secara langsung dan itu harus didukung berbagai hal kreatif," ungkap Hilmar.
Google Arts & Culture pun diharapkan bisa membantu meningkatkan keterlibatan publik yaitu mengunjungi tempat-tempat budaya secara langsung, setelah mereka mencari informasi di internet. "Pengembangan teknologi semacam ini bukan hanya membantu mengenalkan budaya kita ke dunia, tapi juga melestarikan dalam digital," sambungnya.
Adapun Google Arts & Culture menggandeng deretan museum dan institusi di Indonesia untuk hadir di platform tersebut melalui sebuah teknologi baru bernama Art Camera dan Google Cardboard. Platform ini hadir dalam bentuk aplikasi mobile yang bisa diunduh di perangkat berbasis sistem operasi (OS) Android dan iOS.
Pengguna aplikasi tersebut bisa melihat berbagai warisan budaya Indonesia yang ada di Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan Keramik, Galeri Batik, Monumen Nasional (Monas), Museum Purbakala Sangiran, Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Yayasan Biennale Yogyakarta dan Agung Rai Museum of Art (ARMA). Konten yang ada dalam Google Arts & Culture pun beragam termasuk foto, video hingga penjelasan mengenai warisan budaya itu sendiri.
(Din/Ysl)