Drone Dalam Negeri Siap Terbang "Menembus Langit" Stratosfer

Drone buatan AeroTerrascan, Ai-X1 akan diterbangkan ke lapisan stratosfer untuk pertama kalinya. Bagaimana persiapan mereka?

oleh Jeko I. R. diperbarui 28 Okt 2016, 07:45 WIB
Ekspedisi Menembus Langit (Sumber: AeroTerrascan)

Liputan6.com, Jakarta - Untuk pertama kalinya, drone (pesawat nirawak) buatan Indonesia, Ai-X1 akan diterbangkan menembus langit lapisan stratosfer.

Penerbangan drone yang termasuk ke dalam proyek Ekspedisi Menembus Langit ini juga telah melewati masa trial flight pada 27 Agustus 2016 lalu. Peluncuran akan dilakukan pada hari ini, Jumat (28/10/2016).

Peluncuran Ai-X1 berlokasi di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN, Pameungpeuk, Garut. Sementara pusat komando drone akan berlokasi di IDC Cyber Tower, Jakarta.

Peluncuran drone besutan AeroTerrascan ini dilengkapi dengan balon cuaca, sensor meteorologi, dan kamera 360 derajat.

Kepada Tekno Liputan6.com, pihak penyelenggara Ekspedisi Menembus Langit mengatakan proyek ini merupakan kerja sama antara AeroTerrascan, LAPAN, dan beberapa badan kajian ruang angkasa di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendukung eksplorasi stratosfer dan pengembangan riset aeronautika Indonesia.

Ekspedisi ini juga dapat memberikan dampak jangka panjang untuk memberikan data acuan demi mendukung penelitian lebih lanjut dan memacu percepatan teknologi keantariksaan nasional.

Data meteorologi yang didapat dari ekspedisi ini, nantinya akan digunakan untuk melengkapi penelitian cuaca dan iklim Indonesia.

Pada trial flight beberapa pekan lalu, Ai-X1 diuji untuk mengetahui kemampuan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) agar dapat kembali ke titik yang disebut home point. Selain itu, kekuatan struktur UAV, jangkauan telemetri serta ketinggian dan kemampuan autopilot-nya juga kembali ditinjau, sebelum akhirnya benar-benar bisa diterbangkan.

Tak hanya ranah sains dan penelitian atmosfer, fokus Ekspedisi Menembus Langit juga dalam rangka mengembangkan sebuah wahana ulang alik. Wahana yang dimaksud merupakan UAV yang dilengkapi dengan fitur return-to-home dan bisa digunakan kembali di masa mendatang. Penelitian atmosfer yang dilakukan Badan Antariksa pada umumnya hanya bisa mengirimkan sebuah probe yang tidak bisa kembali ke tempat awal di mana ia diluncurkan.

(Jek/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya