Liputan6.com, Jakarta Ahli hipnoterapi bernama Widya Saraswati mengimbau agar pria 40 tahun yang sudah lama hidup sendiri dan melajang menyisihkan waktunya untuk berpikir lebih teliti dan matang jika akhirnya memutuskan untuk menikah.
Widya berpendapat bahwa pria yang usianya sudah tergolong tua saat memutuskan untuk menikah harus bisa memilih pasangan hidup yang memang cocok untuknya secara lahir dan batin, serta membuatnya bahagia apa adanya.
Advertisement
Menurutnya, faktor-faktor seperti rasa terpaksa yang dipicu oleh tuntutan dari orangtua berserta orang sekitar perlu diabaikan dan jangan diprioritaskan. Menurutnya, itu hanya akan membuatnya semakin terlihat kurang jantan dan seolah tak mampu membuat keputusan sendiri, khususnya untuk hal-hal yang sangat penting.
"Karena sudah terlalu lama sendiri, tahu-tahu mau menikah, harus menimbang ulang keputusan tersebut. Jangan karena ingin membahagiakan orangtua atau karena agama," kata Widya saat dihubungi Health Liputan6.com, Jumat (28/10/2016), ditulis Sabtu (29/10/2016).
Pria 40 tahun itu harus mengerti bahwa berumah tangga itu artinya tidak lagi hidup sendirian. Intinya, ia harus siap berbagi dan ini adalah hal yang tidak pernah dilakukan di sepanjang hidupnya.
Selain itu, ia juga harus siap membagi ruang yang selama ini hanya menjadi miliknya.
"Sudah siap belum untuk berbagi perhatian, berbagi wilayah, dan berbagi tanggung jawab. Ada banyak hal yang harus mereka bagi-bagi," Widya menambahkan.
Menikah menurutnya adalah suatu hal yang menandakan bahwa akan ada keluarga tambahan di hidupnya. Jadi, yang dipikirkan bukan lagi dirinya sendiri, istri, atau orangtua sendiri. Ia juga harus memikirkan mertua yang secara otomatis akan menjadi orangtuanya saat ia menikahi putrinya.
"Harus diingat kemudian, ini orang Indonesia, bukan orang Barat yang bisa diabaikan begitu saja. Sekali cuek, bakal jadi omongan," Widya kembali menekankan.
Ada klien Widya yang mengalami hal seperti itu. Hidup melajang selama bertahun-tahun, lalu menikah di umur 40 tahun dengan wanita yang seumuran. Lalu, ada juga yang menikah dengan yang usianya lebih muda.
Butuh adaptasi untuk menerima kehadiran orang baru di kehidupannya. Bahkan, ada kliennya yang tidak mengizinkan istrinya membeli ranjang baru (tetap menggunakan ranjang saat dia masih lajang), dan tidak mengizinkan istrinya masuk dapur untuk masak karena dia tidak suka rumahnya berantakan.
"Ini masalah emosi. Ini masalah kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pria 40 tahun itu. Selama ini mereka ngapain-ngapain sendiri, tidak ada yang mengganggu atau mengatur dan jadwal kesehariannya," tutup Widya.