Teman Presiden Korsel Siap Jalani Proses Penyelidikan

Choi, teman Presiden Park mengatakan siap diperiksa atas tuduhan memanfaatkan kedekatannya dengan orang nomor satu di Korsel itu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Okt 2016, 19:18 WIB
Para demonstran mengenakan topeng wajah Presiden Park Geun-hye dan temannya Choi Soon-sil (Reuters)

Liputan6.com, Seoul - Choi Soon-sil, teman dari Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye kini tengah ramai diperbincangkan terkait dengan dugaan bahwa dirinya menjual kedekatannya dengan orang nomor satu di Negeri Ginseng itu demi kepentingan bisnisnya. Tak hanya itu, Choi juga dituduh ikut campur dalam urusan negara.

Tak main-main, skandal tersebut membuat marah ribuan orang di mana mereka turun ke jalan dan menyuarakan desakan agar Presiden Park mundur dari jabatannya. Di tengah situasi panas ini, Choi diketahui tengah berada di kediamannya di Jerman.

Namun seperti dikutip dari Reuters, Minggu (30/10/2016) pengacara Choi memastikan bahwa kliennya telah kembali ke Seoul untuk bekerja sama dengan penyelidik atas tuduhan yang diarahkan kepadanya. Menurut kuasa hukumnya, Choi tiba dari Jerman pada Minggu pagi waktu setempat.

"Choi telah mengungkapkan bahwa ia akan membantu penyelidikan dan bersaksi sesuai dengan fakta," ujar pengacaranya, Lee Kyung-jae.

"Dia sangat menyesal telah memicu kemarahan dan kesedihan di kalangan rakyat," imbuh sang kuasa hukum.

Dijelaskan lebih lanjut, bahwa Choi berangkat ke Korsel melalui Inggris. Ini dilakukannya untuk menghindari kejaran media Jerman.

Sementara itu di tengah skandal yang melilit dirinya, Presiden Park telah menerima pengunduran sejumlah pejabat di pemerintahannya, termasuk kepala staf kepresidenan.

Choi sendiri berada di bawah tekanan kuat untuk segera kembali ke Korsel, mengingat eskalasi krisis politik dapat meningkat setiap waktu. Presiden Park saat ini tengah menghadapi tuduhan melakukan pembiaran terhadap temannya, Choi, yang memberikan pengaruh dan mengambil keuntungan secara pribadi.

Ribuan warga Korsel melakukan unjuk rasa pada Sabtu malam. Mereka menuntut pengunduran diri Park atas skandal tersebut. Presiden perempuan pertama Korsel itu dinilai telah mengkhianati kepercayaan publik dan salah dalam mengurus pemerintah. Ia dianggap telah kehilangan mandat untuk memimpin Korsel.

Saat ini jaksa tengah menyelidiki apakah para pejabat yang mundur terlibat dalam tindakan melanggar hukum yang memungkinkan Choi memengaruhi Park dalam mengambil keputusan terkait urusan negara atau bahkan demi mendapat keuntungan secara finansial.


Mengaku bersalah

Pekan lalu, Park muncul di hadapan publik. Ia mengaku bersalah telah memberi Choi akses terhadap naskah pidatonya pada masa-masa awal ia menjabat sebagai presiden. Tak hanya itu, Park bahkan membungkukkan tubuhnya sebagai wujud permintaan maaf.

Dalam wawancara dengan sebuah surat kabar Korsel, Segye Ilbo, Choi mengklaim bahwa ia menerima naskah pidato Park setelah kemenangan temannya itu dalam pemilu. Choi membantah kabar yang menyebutkan bahwa dirinya memiliki akses ke materi pidato resmi lainnya atau bahkan memengaruhi urusan negara atau mengejar keuntungan finansial.

Presiden Park saat ini berada pada tahun keempat (dari lima tahun) masa jabatannya. Belum lama ini, ia mengajukan amendemen konstitusional terkait dengan masa jabatan presiden yang saat ini tidak memungkinkan seorang presiden menjabat lebih dari satu periode.

Namun seiring dengan skandal dirinya bersama Choi yang merebak, motif di balik pengajuan amendemen itu pun dipertanyakan. Sejumlah partai oposisi telah menuntut dilakukannya penyelidikan menyeluruh, namun belum terlihat tanda-tanda akan dilakukan pemakzulan.

Popularitas Park menurun drastis akibat skandal ini. Dalam sebuah jajak pendapat, lebih dari 40 persen responden menyatakan sang presiden harus mengundurkan diri atau diberhentikan.

Dalam sebuah foto, Choi tertangkap kamera tengah bersama Park yang saat itu mengisi posisi sebagai Ibu Negara. Park sendiri adalah putri dari Presiden Park Chung-hee.

Ia harus menggantikan peran sang ibu sebagai first lady setelah perempuan yang mengandungnya itu tewas dibunuh. Sementara ayah Park juga meninggal dunia secara tragis setelah ditembak mati oleh kepala intelijennya pada 1979.

"Choi adalah seseorang yang memberikan saya bantuan ketika saya melalui masa-masa sulit," kata Park ketika berpidato pada Selasa lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya