Jagalan Festival, Cara Kekinian Menjaga Kekayaan Tradisi Kotagede

Kotagede, Yogyakarta, sejak lama dikenal sebagai kawasan yang menjadi sentra perdagangan perak dengan beragam tradisi unik.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 31 Okt 2016, 10:31 WIB
Kotagede Yogyakarta, sejak lama dikenal sebagai kawasan yang menjadi sentra perdagangan perak dengan beragam tradisi unik.

Liputan6.com, Jakarta Jagalan Festival yang berlangsung pada 29 dan 30 Oktober 2016 di kawasan bersejarah Kotagede, Yogyakarta, berlangsung meriah. Festival yang menghadirkan kekayaan peninggalan bersejarah dan beragam suguhan karya seni berupa film, fotografi, hingga karya arsitektur ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda.

Atas inisiasi AirAsia Foundation, kelompok Arsitek Komunitas Jogja (Arkomjogja), dan Karang Taruna Desa Jagalan yang terus mendukung potensi pariwisata lokal, para relawan dan seniman muda menggelar beragam workshop, diskusi, pameran, pertunjukan, dan kompetisi. Pengunjung berkesempatan menciptakan karya seni sambil membincangkannya langsung dengan para pakar.

Dharmadi, Komisaris AirAsia Indonesia, menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Minggu (30/10/2016) mengatakan, program ini digelar untuk menggali lebih dalam potensi pariwisata Kotagede, sambil mengajak kembali masyarakat mengagumi kebudayaan Kotagede dan bangga melestarikannya.

"Mendukung pariwisata lokal melalui usaha kecil dan menengah juga merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan AirAsia terhadap program pemerintah dalam membawa 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019," tutur Dharmadi.

Jantung dari festival akhir pekan ini tetap Jagalan Tlisih Telusur Kampung Pusaka yang menawarkan kesempatan bagi pengunjung untuk mengeksplorasi artefak dan peninggalan sejarah desa yang berusia ratusan tahun.

Festival kali ini juga memperkenalkan rute telusur kampung yang baru yang akan membawa pengunjung melihat peninggalan Kesultanan Mataram yang terkenal. Jagalan adalah salah satu dari lima desa yang membentuk zona inti kawasan bersejarah Kotagede, yang dulunya merupakan ibu kota kerajaan Islam pada abad ke-16.

"Wajah desa yang dikenal sebagai akar dari perdagangan perak sejak 500 tahun yang lalu telah banyak berubah selama 20 tahun terakhir. Kami berharap kesempatan ini bisa dipakai untuk lebih meningkatkan kesadaran pentingnya konservasi budaya kepada masyarakat, menyusul hasil positif sejak diluncurkannya Jagalan Tlisih Telusur Kampung Pusaka tahun lalu," ujar Koordinator Arkomjogja, Yuli Kusworo.

Bagi Yuli, konservasi warisan budaya dapat berjalan dengan baik jika penduduk setempat mau mengambil tindakan dan secara aktif terlibat. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk konservasi yang melibatkan masyarakat secara aktif.

Sementara itu, Tazbir Abbdullah, Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis Kementerian Pariwisata mengatakan, “Jagalan Festival ini dapat memicu pertumbuhan dan memberi satu semangat kepada seluruh warga untuk lebih siap lagi menjadi tuan rumah yang baik kepada wisatawan yang datang. Kami ingin melihat Yogyakarta menjadi destinasi wisata yang jumlah tamunya terus meningkat dan tentu saja pada akhirnya membawa kesejahteraan yang lebih baik lagi untuk seluruh masyarakatnya.”

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya