Presiden Hollande: Prancis Terlibat Pembantaian Ribuan Kaum Gipsi

Presiden Hollande mengakui bahwa negaranya ikut bertanggung jawab atas kematian ribuan kaum Gipsi semasa Holocaust.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 31 Okt 2016, 13:26 WIB
Presiden Prancis Francois Hollande (Clubfrance.org.mx)

Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis, Francois Hollande, mengakui negaranya 'bertanggung jawab' atas kematian ribuan kaum Gipsi selama Holocaust. Dalam pengakuan bersejarah tersebut, Hollande mengatakan bangsanya terlibat dalam perbuatan yang memalukan.

"Hari ini telah datang dan kebenaran harus disampaikan," ujar Presiden Hollande dalam kunjungannya ke kamp interniran Roma di Montreuil-Bellay, barat daya Prancis seperti dilansir Daily Mail, Senin, (31/10/2016).

"Republik (Prancis) mengakui penderitaan kaum Gipsi yang diinternir dan mengaku bertanggung jawab," imbuhnya.

Peristiwa Holocaust disebut-sebut merenggut sekitar enam juta nyawa kaum Yahudi. Jumlah tersebut akan meningkat mencapai 11 juta orang jika diakumulasi dengan korban non-Yahudi.

Antara tahun 1941-1945 setidaknya terdapat 6.500 kaum Gipsi yang diinternir di 31 kamp Prancis sebelum akhirnya mereka dipindahkan ke kamp konsentrasi Nazi.

"Semua keluarga dari kaum Gipsi setidaknya memiliki satu kerabat yang melintasi Montreuil-Bellay," kata Hollande.

Pengakuan Hollande mendapat apresiasi dari aktivis HAM Roma, Fernande Delage. "Penting bagi kami untuk mendapat pengakuan ini. Ini mempengaruhi ribuan orang. Ini terlambat, namun lebih baik terlambat dibanding tidak sama sekali."

Sementara itu Lucien Violet, perempuan berusia 69 tahun yang orangtuanya sempat ditahan di Montreuil-Bellay juga menghargai pernyataan Hollande.

"Ini adalah presiden pertama yang memberikan penghormatan kepada kaum Gipsi. Kami merasa tersentuh. Keluarga kami telah sangat menderita dan kami tidak akan pernah lupa itu meski kami telah memaafkannya," ungkap Violet.

Sekitar 20 ribu etnik Roma atau Gipsi yang berasal dari Bulgaria dan Rumania yang bermukim di Prancis saat ini masih mengeluhkan rasisme dan diskriminasi, tak terkecuali oleh pemerintah Hollande.

Selama ini mereka dicitrakan sebagai kelompok sosial yang tidak diinginkan dan kerap dikaitkan dengan kejahatan jalanan serta berbagai hal negatif lainnya. Pasukan anti-huru hara secara teratur merobohkan kamp mereka di tepi-tepi kota termasuk Paris dan Marseille.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya