Pemuda Cirebon Tewas di Tangan Tetangga karena Cinta Segitiga

Pemuda Cirebon itu tewas di hadapan kekasihnya.

oleh Panji Prayitno diperbarui 01 Nov 2016, 07:31 WIB
Pemuda Cirebon itu tewas di hadapan kekasihnya. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Muhammad Abdul Rafli (20), pemuda asal Desa Kedawung, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, tewas di tangan tetangganya sendiri Badri (21). Kematian Rafli tersebut diduga karena cinta segitiga.

Peristiwa tersebut terjadi pada Senin, 31 Oktober 2016. Saat itu, secara tiba-tiba Rafli tidak terima dan mendatangi temannya Badri untuk meminta agar lelaki itu tidak lagi menggoda kekasih korban.  

Namun, permintaan Rafli kepada Badri berujung pada percekcokan. Suasana semakin memanas hingga keduanya terlibat perkelahian di depan Dewi yang merupakan kekasih Rafli.

"Saat itu juga, Rafli tewas di tempat setelah dipukul oleh pelaku. TKP berada di depan Alfamart Kedawung," sebut Kasat Reskrim Polresta Cirebon, AKP Galih Wardani.

Usai perkelahian berhenti, Rafli sempat dibawa ke puskesmas terdekat. Namun nyawanya sudah tidak tertolong lagi saat hendak dibawa ke rumah sakit.

Sementara itu, Badri sempat melarikan diri. Tapi dalam waktu 1,5 jam, pelaku berhasil ditangkap. Meski belum dipastikan, polisi melihat perkelahian itu bermotif cemburu.

"Secara kasat mata korban menderita luka lebam di bagian dada sebelah kiri," ujar Galih.

Sementara ayah korban, Suwela mengaku kaget mendengar informasi kepergian anak pertamanya itu. Dia pun heran pukulan yang dilayangkan Badri ke bagian dada Rafi menyebabkan sang anak kehilangan nyawa.

"Sempat kejang-kejang dulu setelah dipukul di bagian jantung anak saya. Kemudian meninggal di puskesmas," ujar dia.

Dia mengaku, sejauh ini sang anak tidak memiliki riwayat penyakit dalam maupun penyakit jantung. Namun, ia menyatakan kondisi sang anak tengah sakit batuk. "Iya anak saya baru 3 bulan pacara dengan Dewi dan saya tidak menyangka harus berakhir seperti ini," tutur dia.

Dari kejadian itu, sang ayah mengaku ikhlas dan tidak ada rasa dendam. Namun, dia tetap menyesali kejadian tersebut karena putranya baru lulus dan menjadi tulang punggung keluarga. Ia juga berharap pelaku mendapat hukuman setimpal.

"Saya tidak dendam dan berusaha ikhlas saya juga tidak tahu bagaimana kronologis pemukulannya," ujar Suwela.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya