Liputan6.com, Jayapura - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) perwakilan Papua mengklaim pesawat jenis Caribou PK-SWW tak kelebihan muatan. Kendati, pesawat milik Pemerintah Kabupaten Puncak tersebut membawa bahan bangunan seberat 3.130 kilogram.
Perwakilan KNKT di Papua, Norbertus Tunyaan mengatakan dalam perjalanannya, pesawat Caribou beriringan dengan empat pesawat lainnya. Namun di saat hendak landing di Bandara Ilaga, Kabupaten Puncak, pesawat tersebut hilang.
"Kami belum mengetahui pesawat ini hilang kontak karena apa. Karena sampai malam ini, pesawat belum ditemukan," ucap dia melalui sambungan telepon seluler kepada Liputan6.com, Senin (31/10/2016) malam.
Walaupun berbadan besar, pesawat jenis Caribou mampu mendarat di landasan yang relatif pendek. "Saya kurang tahu pesawat ini sudah berapa kali terbang ke Ilaga, tetapi pesawat ini mampu landing di landasan Bandara Ilaga yang panjangnya sekitar 620 meter," tutur Norbertus.
Baca Juga
Advertisement
Ia juga menyebutkan dalam perjalanannya ke Bandara Ilaga, cuaca cukup cerah, walaupun di sepanjang rute tersebut berawan tebal.
"Untuk turun ke Bandara Ilaga itu harus melewati lembah-lembah dan setiap pilot dan maskapai penerbangan sudah mengetahui mana lembah yang dapat dilalui dan mana yang tidak. Bukan hanya lembah, ketinggian gunung di daerah itu bisa mencapai 12-13 ribu (kaki) di atas permukaan laut," kata dia.
Adapun salah satu warga Ilaga, Matius menyebutkan untuk naik dan turun di Bandara Ilaga, biasanya pesawat harus mengitari salah satu gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Puncak Jaya.
"Walaupun terbilang dekat penerbangan dari Timika-Ilaga yang membutuhkan 30 menitan, tetapi medan untuk ke arah Ilaga, cukup membuat jantung waswas," ujar dia.
Kronologi Hilang Kontak
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) angkat bicara terkait hilang kontaknya pesawat DHC-4A Turbo Caribou milik Pemkab Puncak, Papua, dalam penerbangan dari Timiki ke Ilaga.
Kemhub pun menjelaskan kronologi kejadian sebelum pesawat itu tidak dapat dikontak dan dinyatakan hilang. "Kejadiannya pada Senin 31 Oktober 2016, ini masih dalam proses pencarian," ucap Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Muzaffar Ismail di Jakarta, Senin (31/10/2016), seperti dilansir Antara.
Menurut Muzaffar, pesawat itu tinggal landas dari Bandara Timika pukul 22.57 UTC (07.57 WIT) dan diperkirakan tiba di Ilaga pada 08.22 WIT. Kontak terakhir dengan Bandara Ilaga pukul 08.23 WIT, melaporkan posisinya berada Ilaga Pass dan koreksi waktu tiba menjadi pukul 08.27 WIT.
Pukul 08.30 WIT, Ilaga Radio mencoba mengontak awak pesawat, namun tidak ada respons. Petugas Ilaga melalui radio mencoba meminta bantuan kepada awak pesawat yang melintas di area Ilaga, namun sampai jam 09.20 WIT tidak ada informasi mengenai posisinya, sehingga petugas Airnav Sentani menyatakan pesawat dinyatakan hilang.
Selanjutnya pada pukul 08.22 WIT, petugas tower Timika menerima laporan dari pesawat yang melintas bahwa sinyal ELT diduga dari pesawat Caribou diterima pada posisi 40 NM-45 NM atau posisi antara Ilaga Pass dengan Jila Pass pada jam 09.31 WIT.
Hingga saat ini telah dibentuk posko SAR di Bandara Timika. Menurut data penerbangan, ada empat awak dalam pesawat, sedangkan muatan yang dibawa berupa bahan bangunan seberat kurang lebih 3.130 kilogram.
Pesawat DHC-4A Turbo Caribou teregistrasi dengan kode PK-SWW, dengan tahun pembuatan 7 Desember 1971. Pemiliknya Pemkab Puncak, Papua, dan dioperasikan oleh perkumpulan penerbangan Alfa Indibesia.
Advertisement