Harga Minyak Jatuh Terpicu Keraguan akan Langkah OPEC

Para perwakilan negara anggota OPEC menggelar pertemuan di Wina pada hari Jumat pekan lalu.

oleh Nurmayanti diperbarui 01 Nov 2016, 05:11 WIB
Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah turun lebih dari 3 persen dan hampir menyentuh posisi terendah dalam satu bulan rendah seiring munculnya keraguan tentang kemampuan OPEC untuk mengimplementasikan penurunan produksi sesuai rencananya, meski lembaga ini melaporkan telah membuat perjanjian tertulis yang menguraikan strategi jangka panjang mereka.

Melansir laman CNBC, Selasa (1/11/2016), harga minyak mentah AS West Texas Intermediate untuk Desember ditutup turun US$ 1,84 atau 3,8 persen menjadi US$ 46,86. Ini menjadi penutupan terendah sejak 27 September.

Sementara kontrak minyak Brent, patokan minyak internasional juga berakhir turun US$ 1,39 atau 2,8 persen menjadi US$ 48,32 per barel.

Sebelumnya harga sempat menyentuh US$ 47,98 per barel, harga terendah sejak 28 September. Sedangkan untuk bulan berikutnya, harga minyak Brent ditutup turun US$ 2,02 atau 4 persen ke posisi US$ 48,66 per barel.

Para pejabat dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengaku telah menyetujui perjanjian secara tertulis, yang menunjukkan jika anggotanya telah mencapai konsensus tentang pengelolaan produksi.

Tapi sejauh ini, langkah OPEC itu hanya sedikit menunjukkan hasil. Para perwakilan negara anggota OPEC menggelar pertemuan di Wina pada hari Jumat pekan lalu. Sehari setelahnya, pertemuan dilakukan antara produsen minyak non-anggota.

Menurut sumber, tak ada kesepakatan tentang syarat tertentu, dan Iran bahkan menyatakan enggan untuk membekukan output minyaknya.

"Pasar menjadi sedikit lelah. Kecuali OPEC dapat membuat semuanya berada pada lingkaran yang sama, pasar akan menjadi skeptis," kata Kyle Cooper, Analis ION Energy di Houston. 

OPEC terus diragukan akan langkah ang diambilnya. "Ada banyak yang bicara dan tidak ada yang berhasil menyepakati apa-apa. Itu telah mendorong pasar turun," kata Jeffrey Halley, Analis Pasar Senior di Oanda broker, Singapura.

Ketatnya pemilihan presiden AS setelah FBI menyelidiki lebih dalam mengenai penggunaan surat elektronik (email) dari calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton juga mempengaruhi sentimen dan menempatkan investor pada aset berisiko, menurut Halley.

Harga minyak global telah meningkat 13 persen, mendorong pemulihan di industri setelah OPEC mengumumkan pemotongan produksi pada 27 September untuk meningkatkan harga setelah terjadi penurunan harga yang dimulai pada pertengahan 2014.

Sejauh ini, OPEC tidak menentukan berapa banyak masing-masing anggotanya harus memotong output minyak mereka, pastinya hal ini akan diselesaikan pada pertemuan di 30 November.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya