Liputan6.com, Maiduguri - Sejumlah wanita dan anak-anak perempuan di beberapa kamp di Maiduguri, Nigeria, mengalami pelecehan seksual yang dilakukan aparat keamanan.
Menurut Human Right Watch (HRW), pihaknya telah berbicara kepada 43 korban yang telah diperkosa atau mengalami eksploitasi seksual oleh kelompok vigilante--orang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri-- dan aparat keamanan.
Advertisement
Pemberontakan yang dilakukan kelompok militan Boko Haram telah menewaskan 20.000 orang dan lebih dari dua juta warga lainnya mengungsi. Banyak dari mereka melarikan diri ke kamp di Maiduguri.
Namun berdasarkan laporan HRW, sejumlah pengungsi mengalami pelecehan selama berada di kamp. Beberapa dari mereka mengaku telah dipaksa melakukan hubungan seksual dan dicampakkan ketika hamil.
"Ini perbuatan tercela dan memalukan bahwa orang-orang yang harusnya melindungi wanita dan anak-anak perempuan justru menyalahgunakan mereka," ujar Mausi Segun dari HRW.
Kelompok itu juga mengatakan, tidak teraturnya pasokan makanan, pakaian, obat-obatan, dan kebutuhan lain di kamp-kamp pengungsi di Maiduguri telah membuat wanita dan anak-anak perempuan menjadi lebih rentan.
Dalam menanggapi laporan itu, Presiden Muhammadu Buhari mengatakan bahwa dirinya khawatir dan terkejut serta berjanji untuk melindungi orang-orang yang ada di kamp. Ia juga telah meminta penyelidikan atas kasus tersebut.
Ratusan pengungsi, termasuk anak-anak, kelaparan hingga meninggal di salah satu kamp pada awal tahun ini. Hal itu disebut sebagai darurat bencana kemanusiaan menurut badan amal di bidang kesehatan Medecins Sans Frontieres.
Empat orang pengungsi mengatakan kepada HRW bahwa mereka telah dibius dan diperkosa. Sementara itu 37 lainnya mengaku telah dipaksa melakukan hubungan seksual melalui janji-janji pernikahan palsu dan bantuan keuangan serta materi.
Seorang gadis berusia 16 tahun yang melarikan diri dari kekejaman Boko Haram di Baga pada Januari 2015 mengatakan, dirinya telah dibius dan diperkosa oleh vigilante yang bertugas untuk mendistribusikan bantuan ke kamp pengungsian.
"Ia membawakanku makanan seperti nasi dan spaghetti, jadi aku percaya bahwa ia benar-benar ingin menikahiku," ujar gadis itu.
"Tapi ia juga memintaku untuk berhubungan seksual. Aku selalu bilang bahwa aku terlalu muda. Pada hari ia memperkosaku, ia menawarkan minuman dalam gelas. Begitu aku meminumnya, aku tertidur," imbuh dia.