Matatu, Museum Berjalan Asal Kenya yang Terancam Dilarang

Matatu adalah transportasi umum di Nairobi, Kenya. Seorang pemuda mencoba mendokumentasikannya demi generasi mendatang. Apa uniknya Matatu?

oleh Dzulfikar Alala diperbarui 03 Nov 2016, 08:00 WIB
Bus Matatu dengan desain unik

Liputan6.com, Jakarta Matatu sepintas tak jauh berbeda dengan tuk-tuk di Thailand, yaitu alat transportasi yang biasa digunakan warga sejak lama. Matatu tidak sulit untuk ditemukan. Suara musik menggelegar menjadi ciri khas saat melintas di kepadatan lalu lintas Nairobi, Kenya.

Matatu sangat kontras dengan kendaraan lainnya. Masing-masing memiliki gaya grafiti seni dan desain yang berbeda. Kendaraan umum yang masih beroperasi di Nairobi ini kini bahkan dijadikan pemiliknya sebagai media untuk mengungkapkan penolakan terhadap rencana larangan pemerintah tentang keberadaan Matatu di Nairobi, seperti dilansir dari CNNTravel, Kamis, (3/11/2016).

Sepuluh tahun yang lalu pemerintah setempat memang pernah melarang seni Matatu dan menyetel musik dengan suara keras dari Matatu dengan alasan keselamatan.

Atas dasar itulah Brian Wanyama mulai mendokumentasikan budaya Matatu sebelum akhirnya benar-benar punah. Brian Wanyama percaya bahwa minibus inilah yang menjadi cermin budaya anak muda di Nairobi.

Desain Matatu sangat beragam, mulai dari menampilkan wajah artis, orang-orang terkenal dunia, politikus, hingga simbol-simbol agama. Matatu bahkan seperti sebuah stasiun radio berjalan yang memutarkan lagu-lagu dari artis Kenya.

"Ketika kamu melihat Matatu dan seninya, kamu akan memahami Nairobi dengan baik karena sejatinya Nairobi adalah kota yang dijalankan oleh anak-anak muda," ucap Wanyama.

Cek promo terbaru tiket pesawat murah dari Reservasi.com

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya