Pengamat: Demo 4 November untuk Menurunkan Kredibilitas Ahok

FPI dan sejumlah organisasi keagamaan berencana menggelar demo besar Jumat 4 November nanti.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 01 Nov 2016, 15:24 WIB
Aksi tersebut dilakukan untuk menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, (24/9/14). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Front Pembela Islam (FPI) dan sejumlah organisasi keagamaan berencana menggelar demo besar Jumat 4 November nanti. Mereka menuntut polisi mengusut kasus dugaan penistaan agama, yang mereka tuding dilakukan oleh Gubernur DKI nonaktif Ahok.

Namun, pengamat politik dari Indonesia Public Institute Karyono Wibowo, meragukan aksi tersebut murni untuk menegakkan hukum.

"Menurut saya, agak sulit untuk mengatakan dan mempercayai gerakan aksi itu murni hukum. Saya meyakini masih ada korelasi dengan Pilkada DKI. Karena munculnya isu itu di tengah proses pilkada. Bagaimana bisa bilang tidak ada hubungannya," ucap Karyono kepada Liputan6.com, Selasa (1/11/2016), di Jakarta.

Karyono mengungkapkan, dalam kontestasi pilkada, selalu banyak taktik dan strategi yang digunakan untuk menurunkan elektabiltas kompetitor. Salah satunya dengan menggunakan manajemen isu.

"Dalam konteks strategi, kompetitor atau pesaing harus mencari dan men-down grade suara. Salah satunya merusak kredibilitas bisa menurunkan suara lawannya, di mana dalam hal ini adalah suara Ahok (Basuki Tjaha Purnama)," papar Karyono.

Karena itu, ujar dia, sulit untuk menepis bahwa demo 4 November nanti tidak ada hubungannya dengan pilkada. Sebab, berbagai isu sudah muncul untuk menurunkan Ahok.

"Berbagai isu mulai dari Sumber Waras, reklamasi, dan penggusuran, sudah dilakukan untuk men-down grade Ahok. Menurunkan kredibilitas Ahok. Tetapi isu ini tidak berpengaruh. Karenanya, isu SARA jadi strategi pamungkas kompetitor yang diyakini menurunkan kredibilitas," ungkap Karyono.

"Saya merasa yakin, ada korelasinya dengan Pilkada DKI. Lihat saja, isu SARA kerap muncul dalam kontestasi elektoral. Masih ingat dalam benak kita soal Pilpres 2014, di mana isu SARA muncul dan secara sistematis dilakukan untuk mempengaruhi masyarakat. Dan hari ini muncul lagi," lanjut dia.

Meski demikian, Karyono percaya masyarakat DKI adalah pemilih rasional. Masyarakatnya mempunyai wawasan dan pergaulan luas.

"Jadi mereka akan melihat pada fakta. Apa yang Anda berikan. Apa yang kandidat sudah berikan untuk masyarakat Jakarta. Saya kira masyarakat DKI akan mempertimbangkan aspek rasionalitas. Mereka akan melihat, pasangan mana yang memberikan kontribusi di DKI," ujar Karyono.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya