Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan presiden Amerika Serikat (pilpres AS) akan berlangsung satu minggu lagi, tepatnya pada 8 November 2016.
Setelah waktu yang cukup lama untuk kampanye, warga Amerika Serikat menyaksikan sendiri karakter sepenuhnya calon-calon presiden mereka. Mereka melihat bahwa Donald Trump, secara mental, moral, dan intelektual tidak layak (fit) untuk menjadi presiden Amerika Serikat.
Penilaian tersebut dikutip Liputan6.com dari Steve Schmidt, Global Vice Chairman of Public Affairs dari Edelman dalam acara terbatas Diskusi Politik dan Ekonomi pada Selasa (1/11/2016) di Jakarta.
Baca Juga
Advertisement
Steve Schmidt adalah sosok berpengaruh dalam dunia politik di Amerika Serikat dan pernah menjadi ahli strategi politik untuk John McCain dan Arnold Schwarzenegger serta telah banyak terlibat dalam dinamika politik Amerika Serikat baik dalam lingkup negara bagian maupun nasional.
Menurut Schmidt, hasil pemilu mudah ditebak. Hillary Clinton diramalkan menang telak dan menjadi presiden wanita pertama AS.
Pemilu AS menyedot perhatian dari seluruh dunia. Sebenarnya pemilu di AS tidak sedemikian uniknya karena berlangsung juga di banyak demokrasi, terutama di Barat.
Dengan menggunakan temuan-temuan dari penelitian longitudinal yang dilakukan Edelman di seluruh dunia selama jangka waktu yang panjang, yaitu 15 tahun, dan mengamati rasa percaya (trust) dalam bisnis, pemerintahan, media, dan NGO.
Bicara soal trust di negara-negara berkembang di negara-negara yang sedang bangkit dan ekonominya sedang bertumbuh, maka orang-orang lebih optimistik tentang masa depan.
Sebaliknya, di dunia Barat selain Kanada, misalnya di AS dan Eropa, maka pandangan orang-orang lebih muram tentang masa depan.
Dan salah satu pendorong keadaan sekarang yang melingkupi pemilu AS adalah ambruknya rasa percaya tersebut di hampir semua institusi, kecuali militer AS.