Ramai Seniman Muda, Indonesian Dance Festival Banjir Tepuk Tangan

IDF menampikan sesi retrospektif yang membahas tentang kehidupan Hoerijah Adam, dan penampilan tari dari Andara Moeis dan Rianto.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 03 Nov 2016, 18:00 WIB
Pertunjukan "Untitled 2015" oleh Andara Firman Moeis

Liputan6.com, Jakarta Indonesian Dance Festival 2016 masih menyimpan berbagai pertunjukan menarik dari seniman-seniman muda yang berbakat. Setelah sukses menyelenggarakan pertunjukan pembukaan, “Tomorrow, As Purposed” oleh Melati Suryodarmo, IDF menampikan sesi retrospektif yang membahas tentang kehidupan Hoerijah Adam, tokoh yang meraih IDF Award tahun 2016. Selain itu, Andara Moeis dan Rianto juga menampilkan tarian yang lekat dengan kehidupan.

Sesi Retrospektif dimulai dengan pemutaran sebuah film yang berjudul “Playing Barabah” besutan sutradara Katia Engel dan Sentot Sudiharto di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, pada Rabu, (2/11/2016). Film ini diproduksi karena, Hoerijah Adam tidak meninggalkan arsip rekaman gambar hidup dari karya-karyanya. Untuk itu diutuslah Sentot Sudiharto dan para tim produksi ke kampung halaman Hoerijah di Padang Panjang, Sumatera Barat.

Setelah pemutaran film selesai, Tom Ibnur, Sentot Sudiharto, dan Muhammad Jujur menampilkan tari “Barabah” karya Hoerijah Adam dengan sangat mempesona dan mendapatkan tepuk tangan meriah dari para penonton. Puncak pagelaran pada hari kedua belumlah berakhir saat Andara Moeis menampilkan karyanya yang berjudul “Untitled 2015” dan Rianto menampilkan karya berjudul “Medium”.

Pertunjukan

Pertunjukan

 

Andara Moeis melahirkan sebuah karya hasil penelitian setelah 4 bulan belajar di P.A.R.T.S (The Performing Arts Research and Training Studio) di Brussel. “Untitled 2015” merupakan hasil eksplorasi alat-alat koreografi dari koreografer Terea De Keersmaeker, pendiri P.A.R.T.S, sehingga dapat diaplikasikan menjadi sebuah gaya yang baru.

Tarian
Tarian

 

Perjalanan tubuh secara personal hingga sosial, ditampilkan dalam sebuah tarian apik Rianto yang berjudul “Medium”. Dalam pengantar kuratorialnya, Rianto menjelaskan bahwa tubuh merupakan medium terbuka bagi memori kosmos, sehingga terus bermigrasi dari satu kota ke kota lainnya dari beragam dunia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya