Presiden Erdogan: Jerman Jadi Surga Bagi Para Teroris

Menurut Erdogan, Jerman mendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dituduh sebagai dalang terorisme di Turki.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 04 Nov 2016, 06:11 WIB
Presiden Turki Tayyip Erdogan memberikan keterangan saat konferensi pers usai pertemuan di St.Petersburg, Rusia, (9/8). Erdogan menyebut pertemuan ini untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia. (REUTERS/Sergei Karpukhin)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan membuat pernyataan keras terkait Eropa. Kali ini, Erdogan mengatakan, Jerman adalah surga untuk para teroris.

Tak hanya itu, menurutnya, sejarah akan mencatat, negeri itu telah gagal membasmi pendukung seorang ulama yang berbasis di Amerika Serikat karena telah melakukan kudeta militer yang gagal bulan Juli 2016.

Erdogan mengatakan, Jerman telah lama memberi 'rumah' bagi militan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan selama tiga dekade di wilayah otonomi Kurdi, dan sayap kiri jauh dari DHKP-C, yang telah melakukan serangan bersenjata di Turki.

"Kami khawatir bahwa Jerman, yang telah melindungi PKK dan DHKP-C selama bertahun-tahun, telah menjadi halaman belakang organisasi teror Gulenis," kata Erdogan, mengacu pada jaringan ulama berbasis AS Fethullah Gulen, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/11/2016)

"Kami tidak memiliki harapan pada Jerman tetapi Anda akan dinilai dalam sejarah TELAH terlibat terorisme ... Jerman telah menjadi surga bagi teroris," ujar Erdogan di sebuah upacara di istananya di ibukota Ankara.

Ankara menyalahkan Gulen untuk upaya kudeta dan telah menangguhkan atau memberhentikan lebih dari 110.000 pengikutnya yang bekerja di layanan sipil, aparat keamanan dan lembaga lain. Gulen sendiri telah membantah terlibat dalam kudeta tersebut.

Menteri Kehakiman Jerman Heiko Maas mengatakan kepada wartawan hari Selasa bahwa ia tidak ingin menilai apakah gerakan Gulenis itu bersifat politis atau tidak.

Dia juga mengatakan Berlin tidak akan mengekstradisi tersangka jika mereka menghadapi tuduhan politik.

"Itu pasti tidak akan terjadi," katanya. Untuk setiap ekstradisi berlangsung, harus ada indikasi kuat melakukan kegiatan kriminal klasik," ujar Heiko.

Erdogan mengatakan ia prihatin dengan keengganan Jerman, dan memperingatkan bahwa "ancaman terorisme akan datang kembali dan menyerang seperti bumerang."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya