Liputan6.com, London - Kedutaan Rusia menyatakan keprihatinan terkait keamanan diplomat mereka setelah terjadi protes terhadap pengeboman Rusia di Suriah.
Para pengunjuk rasa memblokir pintu masuk ke Kedutaan Rusia di London, Inggris, pada Kamis, 3 November dengan 800 potongan tubuh manekin. Tindakan itu sebagai simbol menanggapi pembunuhan warga sipil di Kota Aleppo, Suriah.
Advertisement
Kampanye protes dengan potongan anggota tubuh itu mewakili luka yang diderita oleh orang-orang di Aleppo. Aktivis memulai aksinya sekitar pukul 14.00 waktu setempat.
Selain itu, ada dua orang yang merantai diri ke gerbang pintu kedutaan, sehingga membuat akses masuk ke dalam terhambat.
Pasukan Suriah mengepung bagian yang dikuasai pemberontak Aleppo dengan dukungan dari serangan udara Rusia.
"Pihaknya sangat prihatin tentang keengganan pemerintah Inggris untuk menjamin keamanan dan operasi tanpa hambatan dari misi diplomatik Rusia di London," kata Kedutaan Rusia dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari BBC, Jumat (4/11/2016).
"Sebuah tindakan protes yang tidak sah oleh sekelompok orang tak dikenal mengganggu pekerjaan kedutaan karena pintu masuk ke bagian konsuler diblokir dengan tumpukan bagian tubuh manekin di mana para demonstran juga ada yang memborgol diri ke pintu gerbang."
"Akibatnya, staf dan pengunjung tidak dapat memasuki tempat kedutaan. Polisi tetap berjaga menghadapi perilaku provokatif dan tidak teratur dari para demonstran."
Selain itu, juga dilaporkan terjadi gangguan saluran komunikasi di sana. Dalam pernyataannya, Kedutaan Rusia menuduh tindakan protes tersebut sudah direncanakan.
Pihak Rusia juga melancarkan dugaan bahwa pemerintah Inggris melancarkan kampanye anti-Rusia di media yang didukung oleh Menteri Luar Negeri Boris Johnson agar terjadi protes di luar Kedutaan Besar Rusia di sana.
Lebih dari 250.000 warga yang terperangkap di Aleppo mengalami kekurangan pangan dan kenaikan harga bahan pokok, selain dibombardir oleh bom.
Bissan Fakih dari Kampanye Suriah mengatakan kampanye ini ingin menyoroti bahwa pesawat tempur Rusia membunuh begitu banyak keluarga. Aktivitas itu pun diminta untuk dihentikan.
"Pesan kami kepada orang-orang (kedutaan) adalah bahwa orang-orang di seluruh dunia menyaksikannya," kata Fakih.
Rusia dan Suriah telah mengatakan kepada pasukan pemberontak untuk meninggalkan timur Aleppo pada Jumat, 28 Oktober malam. Namun, pemberontak telah menolak tawaran itu.
Diperkirakan ada lebih dari 800 kematian warga sipil sejak akhir gencatan senjata terakhir Suriah pada September.