Liputan6.com, Jakarta - Demonstrasi yang digelar 4 November 2016 awalnya berlangsung damai. Massa yang berpakaian dominan warna putih sebelumnya menggelar Salat Jumat di Masjid Istiqlal atau sejumlah lokasi lain di pusat Jakarta. Kemudian, mereka berjalan beriringan menuju Istana.
Mereka menyuarakan aspirasi terkait kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
Advertisement
Setelah perwakilan pendemo ditemui Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menkopulhukam Wiranto, massa diharapkan bubar. Namun yang terjadi kemudian adalah ricuh.
Sebagian massa bentrok dengan aparat, menyerang polisi, membakar mobil, dan membuat suasana di pusat kota Jakarta mencekam.
Tak hanya disaksikan penduduk Indonesia. Apa yang terjadi di jantung pemerintahan Indonesia juga disorot dunia.
Sejumlah media internasional menyebarkan informasi tentang rusuh yang terjadi dalam demo 4 November 2016.
Situs media Inggris Daily Mail memuat artikel pendek berjudul Police fire water cannon at hardline Muslim protesters in Jakarta - media, yang menyebutkan bahwa polisi menggunakan meriam air untuk mengusir demonstran.
"Polisi awalnya menembakkan gas air mata pada demonstran dekat Istana Kepresidenan, sementara api berkobar di dekat monumen nasional," demikian dimuat Daily Mail.
Situs berita Turki, Anadolu Agency, dalam artikel berjudul Trouble flares after Jakarta rally ends in agreement mengungkapkan, polisi menembakkan gas air mata setelah oknum pengunjuk rasa meneriakkan kata 'perang' dan 'revolusi'."
Situs CTV News Kanada juga menyoroti rusuh dalam demo 4 November. Pun dengan media Malaysia New Straits Times.
Situs Inggris BBC juga menerbitkan artikel berjudul Indonesia protest: Jakarta anti-governor rally hit with tear gas.
Dalam artikel tersebut dijelaskan, polisi telah bersiap terhadap kemungkinan meningkatnya ketegangan agama dan ras dalam protes tersebut.
"Pada 1998, gelombang antirasial memicu penjarahan dan pembakaran toko-toko dan rumah-rumah milik ras tertentu," demikian ditulis BBC.
Sebelumnya, petinggi keamanan di Indonesia memperingatkan potensi demo disusupi kelompok radikal, termasuk ISIS.
Ditemui pada Jumat pagi, usai menerima kunjungan Menteri Pertahanan Fiji, Menhan RI Ryamizard Ryacudu mengatakan, penyusupan simpatisan ISIS dalam massa demo bisa saja terjadi.
"Tempat aman saja main, apalagi seperti ini, harus diwaspadai," kata Menhan di Kompleks Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat, 4 November 2016.
Apa yang akan dilakukan simpatisan ISIS atau gerakan ekstrem lain jika memang mereka menyusup dalam demo?
"Mereka mungkin tidak meledakkan bom, tapi menghasut-hasut," kata Menhan. "Yang tidak jelas ini (bisa) masuk ke dalam, mengacak-acak, mengadu domba. Nanti FPI yang disalahkan, kita tak mau itu terjadi."