Polri: Suara Ledakan Saat Demo dari Gas Air Mata, Bukan Senpi

Demo 4 November telah disepakati selesai pukul 18.00 WIB.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 05 Nov 2016, 13:28 WIB
Terjadi kericuhan di jalan Medan Merdeka Barat saat Aksi damai 4 November, Jakarta, Jumat (4/11). Polisi menembakkan gas air mata ke arah pendemo. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Polri menegaskan, suara ledakan yang terdengar saat demo berlangsung ricuh, Jumat 4 November malam, di sekitar kawasan Monas, bukan berasal dari senjata api. Namun berasal dari suara pelintas gas air mata.

"Lihat kondisi, akhirnya dilakukan langkah pembubaran dengan menembakkan gas air mata, seperti suara ledakan senpi. Jadi itu bukan senpi, tapi pelintas gas air mata," jelas Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).

"Jadi kali ada yang menyatakan ditembak, itu tidak dengan peluru, tapi dengan pelontar gas," Boy menegaskan.

Dia menjelaskan, dalam demo 4 November kemarin, Polri dan TNI berupaya mengamankan dengan cara persuasif hingga preventif. Bahkan Kapolri sebelumnya telah memerintahkan untuk tidak menggunakan senjata api dalam mengamankan aksi damai di kawasan Monas itu.

Setelah pengunjuk rasa bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla, tutu Boy, unjuk rasa telah disepakati selesai pukul 18.00 WIB. Namun kenyataannya, ada dinamika yang tidak diinginkan.

"Kita tahu setelah pukul 18.00 WIB di mana ada yang salat magrib, ada dinamika yang tidak diinginkan," ujar Boy.

Massa melepar dengan batu, bambu, botol minum. Aparat keamanan berusaha mengatasi situasi dengan menembakkan gas air mata.

"Alhamdulillah kondisi ini bisa dikendalikan oleh petugas. Tapi kami sesalkan ada pembakaran kendaraan. Tiga kendaraan dibakar, dua puluhan rusak. Ini kendaraan petugas dari uang rakyat juga ya," jelas Boy.

Dari kendaraan yang menjadi korban itu, termasuk di antaranya kendaraan TNI, kendaraan pribadi pejabat TNI dan Polri. Anggota Polri dan TNI juga menjadi korban dalam demo 4 November 2016.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya