Sains: Ini Takaran Sperma 'Sempurna' Berdasarkan Matematika

Kesuburan sperma pasangan pria menjadi salah satu penentu berhasilnya pembuahan untuk menghasilkan seorang anak.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 06 Nov 2016, 22:19 WIB
Ilustrasi Sperma atau Sel Reproduksi Laki-laki. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Setiap pasangan suami istri tentunya mengharapkan pernikahan mereka akan dibuahi oleh kehadiran anak. Namun, terkadang beberapa faktor seperti kurangnya kesuburan sperma saat membuahi sel telur, menjadi 'penghalang' untuk mendapatkan buah hati.

Oleh karena itu, sebuah penelitian tentang perhitungan sperma yang 'sempurna' untuk memiliki anak pun dilakukan.

Seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (6/11/2016), penelitian itu dilakukan dengan memformulasikan banyak simbol matematika yang mungkin digunakan oleh Profesor Stephen Hawking gunakan saat menguak rahasia jagad raya.

Uji coba rumusan matematika tersebut diduga dapat membantu dalam menentukan seperti apa sperma yang sempurna dan merupakan 'kunci' pembuahan.

Dirancang oleh ilmuwan Inggris, aljabar menjelaskan bahwa sperma yang efisien dilihat dari faktor seperti panjang ekor dan tingkat pertahanan isolasinya, saat berenang menuju sel telur.

Penelitian itu merupakan salah satu dari serangkaian persamaan yang diharapkan ilmuwan dapat membantu pasangan, untuk menjalani perawatan kesuburan dengan menggunakan spesimen yang paling efisien.

Menurut keterangan tim peneliti Birmingham University, dengan menggunakan matematika mereka berencana untuk membuat aplikasi ponsel yang dapat mendeteksi kesuburan seorang pria dalam hitungan detik.

Analisa kesuburan dapat mereka peroleh dari sampel sperma yang diperbesar.

"Penelitian ini memiliki potensi untuk mengubah penanganan kesuburan," kata pimpinan projek, Dr Dave Smith.

Sebuah survei menunjukkan satu dari enam pasangan mengalami kesulitan dalam mendapatkan anak. Hal ini diperkirakan terjadi pada hampir semua kasus akibat rusaknya sperma suami.

Namun walaupun begitu, mengukur kualitas sperma pria bukanlah hal yang mudah, merupakan ilmu tak pasti, dan membawa pada proses penyembuhan yang bertele-tele.

"Mengidentifikasikan sperma yang dapat mencapai sel telur, sebenarnya adalah pekerjaan yang sulit. Prinsip-prinsipnya masih berdasarkan tes pada 1952," kata seorang pakar ilmu kesuburan pria di Sheffield University, Prefesor Allan Pacey.

Persamaan matematika sperma sempurna dan bagus untuk pembuahan (Dailymail.com)

Ahli itu juga mengatakan bahwa meningkatkan analisis semen merupakan sebuah 'anugerah' bagi dokter seperti dia. Saat ini para peneliti menggunakan mikroskop untuk menghitung jumlah sperma yang bergerak dalam sampel semen.

Bagi pria yang memiliki kualitas sperma yang sangat rendah, akan sangat baik jika mereka menyuntikkan sperma langsung ke dalam telur wanita. Metode ini memang menantang dan memiliki kemungkinan untuk gagal.

Tim peneliti Birmingham percaya bawa dengan melakukan metode tersebut mereka dapat meningkatkan keakuratan saat menilai jumlah sperma yang cepat dan tangkas.

'Penglihatan itu dilakukan dengan menggunakan kamera berteknologi cepat, dan menganalisa mereka dengan menggunakan komputer.

"Saat penghitungan dimulai dengan memeriksa mereka berdasarkan bentuk kepada dan kecekatan sperma bergerak," ujar Dr Smith.

Sementara itu rekan timnya, Dr Jackson Kirkman-Brown mengatakan, jika sperma tidak mencapai telur, sel yang terlihat seperti kecubung itu tidak akan dapat menyuburkan.

"Kemampuan dan kekuatan berenang sperma untuk sampai pada telur perempuan itu sangat penting. Namun tidak berenang lurus seperti atlet renang Olimpiade Michael Phelp," kata Smith.

"Mereka pada dasarnya harus bergerak melalui lendir dan melakukan gerakan berenang seperti ular. Membentuk S. Dan persamaan matematika di atas menggambarkan bagaimana cara efisien melakukannya," tambah dokter ahli kesuburan pria itu.

Selain itu, Smith juga mengatakan 'kebersihan' muatan DNA sperma di dalam kepala sel itu menjadi salah satu faktor penentu kesuburan.

Sperma sangat kecil, tubuh mereka memiliki panjang sekitar lima ribu milimeter, sehingga membutuhkan alat canggih untuk melihatnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya