Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 22 dokter spesialis akan mengundurkan diri dari RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur. Keputusan ini terkait dengan manajemen rumah sakit yang tidak memedulikan keselamatan dokter dan pasien.
Ketua Komite Medik RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso, dr Andreas Andrianto, saat dihubungi Health-Liputan6.com, mengatakan, para dokter telah lama mencoba berkomunikasi dengan pihak manajemen rumah sakit. Namun seolah tidak pernah mendapat perhatian.
Advertisement
"Sudah lama, sejak empat atau lima tahun lalu kami minta manajemen untuk memperbaiki fasilitas layanan rumah sakit tapi selalu tidak diperhatikan," katanya.
Keputusan ini, kata Andreas, merupakan puncak kekesalan para dokter karena kebijakan rumah sakit selalu berkebalikan dari kebutuhan rumah sakit. Misalnya saja ketika operasi, listrik mati.
"Bagaimana coba, saya seorang dokter bedah enggak boleh panik mengatasi hal itu. Pasien lagi pendarahan pula. Ini bukan cuma sekali dua kali, tapi jawaban Direktur itu tanggung jawab bawahan. Setelah kami telaah ke manajer, dia bilang itu wewenang atasan," tegasnya.
Andreas menuturkan, para dokter ketika itu hanya meminta manajemen untuk selalu menyediakan listrik 24 jam. Sebab akan berpengaruh di ICU atau ruang operasi.
"Bagaimana bila ada pasien di ICU? masa sekelas manajer dia tidak tahu apa yang perlu dan tidak serta bisa ditunda. Apalagi alat-alat perlindungan pasien. Ini enggak ada perubahan sejak empat tahun lalu," tukasnya.
Belum lama ini, Andreas juga sempat kesal dengan adanya pembongkaran bangunan di lantai dua rumah sakit. Sebab para dokter diminta untuk tetap praktik di lantai satu tanpa pihak manajemen memperhatikan keselamatan dokter dan pasien.
"Kita tidak tahu ada proyek bongkar bangunan di lantai dua, kami di lantai satu masih dipaksa bekerja. Kan, enggak aman. Di bawah itu ada karyawan, pasien, apa keselamatan kami enggak dihargai?" ujarnya.
Kejadian seperti ini juga menurut Andreas telah dibicarakan namun lagi-lagi pihak manajemen berdalih tidak ada anggaran untuk memindahkan poli, tempat praktik dokter.
Mediasi ke organisasi profesi dan Bupati
Menurut Andreas, para dokter spesialis juga telah meminta saran dari organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan bahkan ke Bupati Bondowoso, namun sepertinya mereka tidak bisa membantu banyak karena hal ini merupakan wewenang pemerintah.
"Kemarin kami sudah ketemu Bupati, dia minta untuk memperbaiki komunikasi. Tapi kami sudah komunikasi tapi gagal kok, apa mungkin masih bisa diperbaiki? rencananya kami ingin ke komisi IV DPR untuk melaporkan hal ini pekan depan," ujarnya.
Bila tidak ada juga bantuan dari pemegang kekuasaan, maka dengan berat hati para dokter akan menyatakan mengundurkan diri.
"Seandainya pemegang kekuasaan juga tidak memperhatikan kami, untuk masyarakat Bondowoso kami harap untuk berobat ke rumah sakit lain, karena masih ada banyak pilihan, seperti rumah sakit Bhayangkara atau rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan lainnya," katanya.