Liputan6.com, Nusa Dua, Bali - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian tak menampik Indonesia masih menjadi lahan empuk berkembangnya paham radikal. Terutama paham radikal yang berkiblat ke Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Hal ini diutarakan Tito ketika berpidato di pembukaan Sidang Umum Interpol ke-85, Bali, Nusa Dua Convention Center.
Advertisement
"Ada banyak masyarakat di dunia yang ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Di negara kami juga terus berkembang (paham ISIS) seiring dengan kemajuan teknologi," kata Tito, Senin (7/11/2016).
Oleh karena itu, Polri akan terus melakukan berbagai upaya untuk menekan dan mencegah paham radikal tersebut berkembang di Indonesia. Termasuk dengan deradikalisasi dan penegakan hukum.
"Kita harus terus fokus dan memperhatikan pencegahan dan penegakan hukum," ucap Tito.
Tito bersyukur, Indonesia bisa dipercaya sebagai tuan rumah Sidang Umum Interpol. Ia berharap, dengan kesempatan ini dapat menjadi wadah bagi pihaknya untuk mendiskusikan berbagai penanganan masalah kejahatan, termasuk terorisme.
"Kami akan berdiskusi tentang menentukan rencana global merespons meningkatnya ancaman keamanan dunia. Begitu pula dengan kejahatan perdagangan orang, illegal fishing, dan cybercrime. Mutual assistance (bantuan hukum timbal balik antarnegara) sangat penting. Kita harus mengimplementasikannya," terang Tito.
ISIS atau Negara Islam Irak dan Suriah adalah kelompok teror yang berasal dari Timur Tengah. Keberadaan jaringan itu di Indonesia setidaknya terdeteksi sejak 2014 lalu.
Setidaknya serangkaian aksi teror pernah dilakukan oleh ISIS di Indonesia. Satu di antaranya yaitu aksi bom bunuh diri dan penembakan yang terjadi di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada awal Januari 2016.