Mitos Mengerikan di Balik Ladang Emas Jambi

Salah satu mitos berkaitan dengan tumbal manusia.

oleh Bangun Santoso diperbarui 07 Nov 2016, 16:00 WIB
Memasuki hari ke-11, jenazah 11 penambang emas liar di Merangin, Jambi, belum juga ditemukan. (Liputan6.com/Bangun Santoso)

Liputan6.com, Jambi - Kabupaten Merangin sejak puluhan tahun dikenal sebagai ladang emas di Provinsi Jambi. Daerah di bawah kaki Gunung Masurai ini dikenal kaya akan sumber daya alamnya.

Darmawi (50), salah seorang warga Kecamatan Sungai Manau, mengatakan setidaknya ada tiga daerah kecamatan di Merangin yang dikenal banyak terdapat lokasi penambangan emas tradisional. Di antaranya adalah Kecamatan Sungai Manau, Pangkalan Jambu, dan Renah Pembarap.

Namun akhir-akhir ini lokasi penambangan semakin meluas ke daerah kecamatan lain hingga masuk wilayah pertanian dan permukiman warga.

"Memang dampak ekonomi bagi sebagian warga cukup signifikan karena berhasil dapat emas atau dari hasil menjual lahan untuk ditambang. Namun, lingkungan memang menjadi rusak," ujar Darmawi di Jambi, Senin (7/11/2016.)

Sekali warga mendapatkan emas, kata Darmawi, standar hidupnya berubah. Dari mulai membangun rumah, membeli mobil, bahkan sampai berangkat umrah bersama-sama.

Kadar emas di Merangin dikenal cukup tinggi dibanding daerah lain di Provinsi Jambi. Dari hasil laboratorium Balai Pegadaian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi Juni 2016 lalu, kandungan emas di Kabupaten Merangin mencapai 98,8 persen jauh lebih tinggi dibanding di daerah lain yang rata-rata di bawah 95 persen.

Meski kerap terjadi insiden korban meninggal dunia akibat aktivitas penambangan emas itu, tetap banyak warga yang rela bertaruh nyawa demi memperoleh emas. Menurut Darmawi, ada sebagian warga yang memercayai adanya mitos-mitos akan pencarian emas di Merangin.

"Ada yang percaya Merangin adalah surganya emas. Gunung Masurai ada yang percaya diartikan sebagai emas yang terurai. Jadi banyak orang dari Jawa, dari mana-mana datang ke sini untuk mencari emas," ujar Darmawi.

Bahkan, kata dia, banyak warga yang percaya pula, apabila ada korban yang meninggal, maka akan kembali banyak bongkahan emas yang muncul. "Istilahnya mungkin yang menjadi korban semacam tumbal begitu," kata dia.

Akhmad, salah seorang warga lain mengatakan, lokasi penambangan emas di Merangin kini sudah masuk ke pemukiman warga. Padahal, awal-awal tahun 2000an masih terdapat di kawasan sungai.

"Kini sudah di persawahan, kebun sawit. Bahkan, ada yang dekat sekolah atau kantor kecamatan," kata dia.

Menurut dia, banyak warga yang sukses secara ekonomi karena aktivitas penambangan emas itu. Tak sedikit pula yang rugi karenanya.

"Banyak sawah tak berfungsi, air sungai jadi keruh ikan hilang. Dan yang jelas kerugian korban jiwa," ujar Akhmad.


Penambang Emas Tertimbun

Bahkan, kata Akhmad, jika mau diungkap sudah amat banyak korban meninggal di lokasi penambangan emas. Namun, lokasi yang jauh dari kota serta kejadian yang banyak ditutupi oleh para tauke (juragan) menjadikan para korban tidak terekspos.

Ia berharap, kejadian tertimbunnya 11 penambang di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap bisa menyadarkan para penambang betapa berisikonya aktivitas tersebut.

Akhmad juga berharap pemerintah dan aparat bisa lebih tegas dalam mengungkap aktor-aktor pemilik maupun pemodal penambangan emas ilegal di Merangin itu.

Gubernur Jambi, Zumi Zola sebelumnya mengakui ada pemodal kuat dibelakang maraknya aktivitas penambangan emas ilegal di Merangin. Namun, ia membantah apabila pihaknya diam saja.

"Upaya persuasif dan tegas sudah kami lakukan jauh-jauh hari. Namun ini memang perlu dukungan banyak pihak. Ditutup satu muncul puluhan penambang lagi," kata Zola.

Bahkan, ia mengindikasikan akan menutup seluruh aktivitas penambangan emas tak hanya di Merangin tetapi juga di beberapa kabupaten lain seperti di Sarolangun, Bungo dan Tebo.

"Ini sudah kita koordinasikan langsung dengan Kapolri. Pemberantasan penambangan emas ini butuh dukungan aparat dan pemerintah pusat," ujar Zola menambahkan.

11 penambang emas tradisional dilaporkan tertimbun longsor di lokasi penambangan emas, Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, Senin, 24 Oktober 2016.

Sebelas korban tersebut yakni Tami (45), Yung Tuk (30), Siam (28), Hamzah (55), Jurnal (21), Catur (24) dan Guntur (34) merupakan warga Sungai Nilau, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin. Selajutnya, Cito (25) dan Zulfikar (25) warga Perentak, Kecamatan Pangkan Jambu, serta Dian Arman (53) dan Erwin warga Air Batu, Kecamatan Renah Pembarap.

Dari data yang dihimpun Liputan6.com, jauh sebelum kejadian nahas pada Senin kemarin, korban meninggal dunia di ladang emas Merangin sudah kerap terjadi. Total sudah ada 19 warga tercatat meninggal dunia di sejumlah lokasi tambang emas Merangin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya