Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, data pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jika perekonomian Indonesia belum terlalu menggembirakan. Data BPS menyebutkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 tumbuh 5,02 persen.
"Saya hanya mengatakan, ini confirm ekonomi kita denyutnya memang melemah," kata dia dalam acara Rapat Pimpinan Nasonal X Direktorat Jenderal Pajak (DJP) 2016 di Kantor Pusat DJP Jakarta, Senin (7/11/2016).
Sri Mulyani menerangkan, dari data tersebut, pelemahan terjadi terutama pada pengeluaran konsumsi pemerintah. Dibanding kuartal III 2015, pengeluaran konsumsi pemerintah kuartal III 2016 minus 2,97 persen.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, turunnya pengeluaran konsumsi pemerintah disebabkan oleh pemotongan anggaran.
"Untuk kuartal III karena kemarin penundaan dan pemotongan anggaran. Karena memang dari sisi penerimaan kita melihat kemungkinan atau kemampuan kita untuk membelanjai APBNP 2016 sama sekali tidak tercapai, sehingga kita memang memprediksi shortfall Rp 218 triliun untuk penerimaan. Dan oleh karena itu belanja kita kurangi Rp 165 triliun baik pusat dan daerah," jelas dia.
Kemudian tercatat pengeluaran pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dibanding kuartal III 2015 tumbuh 4,06 persen. Namun, menurut dia pertumbuhan ini masih dianggap lemah.
"Yang berasal investasi pemerintah, investasi swasta, perbankan, capital market PMA, PMDN, BUMN semua dalam itu jumlah kuartal III tumbuhanya hanya 4,1 persen ini cukup lemah," tutur dia.
Bukan hanya itu, penurunan yang mendalam juga terjadi pada ekspor barang dan jasa. Dibanding dengan kuartal III 2015, ekspor barang dan jasa kuartal III 2016 minus 6 persen. Begitu pula dengan impor yang terkontraksi 3,87 persen.
"Yang patut untuk diwaspadai dari permintaan juga adalah ekspor dan impor negatifnya lebih dalam lagi kuartal III ini," tandas dia. (Amd/Gdn)