Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat pendapatan US$ 26,62 miliar pada kuartal III 2016. Pendapatan tersebut turun 16,8 persen jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 41,76 miliar. Meski pendapatan turun, laba perseroan mampu tumbuh.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, penurunan pendapatan tersebut disebabkan oleh keterpurukan harga minyak dunia yang terjadi belakangan ini. "Penurunan pendapatan sebesar 16,8 persen karena harga minyak mentah yang relatif lebih rendah," kata Dwi, saat memaparkan kinerja kuartal III 2016, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (8/11/2016).
Advertisement
Untuk diketahui, harga minyak terus berada di kisaran US$ 50 per barel sepanjang tahun ini. Harga tersebut tak mampu beranjak naik, bahkan sempat berada di bawah US$ 40 per barel karena pasokan minyak yang berlebih dan juga permintaan yang turun karena ekonomi global masih tertekan.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman melanjutkan, meski pendapatan Pertamina mengalami penurunan, tetapi tidak dengan laba bersih perseroan. Pada kuartal III 2016 ini, laba Pertamina mencapai US$2,83 miliar atau naik 209 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$ 1,42 miliar.
"Laba operasi meningkat dari kuartal III 2015 US$ 3,92 miliar menjadi US$ 5 miliar pada kuartal III 2016. Sama halnya dengan laba bersih, sampai saat ini laba kita mencapai US$ 2,83 miliar," ungkap Arief.
Dwi mengungkapkan, kenaikan laba bersih tersebut disebabkan oleh keberhasilan Pertamina dalam penghematan. Sampai kuartal III 2016, tercatat penghematan yang mampu dilakukan oleh Pertamina mencapai 1,64 miliar. Angka tersebut sesuai dengan target sampai akhir 2016.
"Kinerja laba bersih cukup bagus di-drive upaya kawan-kawan meningkatkan efisiensi, mencari terobosan proyek, mencari efisiensi menyelesaikan masalah mencapai kinerja baik, menghasilkan efisiensi US$ 1,64miliar," kata Dwi. (Pew/Gdn)