Pasukan Tupai Serang Kebun Kelapa

Tupai-tupai seperti mengamuk karena kerap diburu.

oleh Liputan6 diperbarui 09 Nov 2016, 23:15 WIB
Citizen6, Trenggalek: Sekilas Pohon Kelapa ini terlihat biasa saja, tapi jika diperhatikan lagi, bunga kelapa tumbuh dua tangkai dalam satu pelepah. Pohon kelapa ini ada di Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. (Pengirim: Yusak)

Liputan6.com, Ciamis - Para petani pemilik kebun kelapa di Sukadana, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, tidak bisa memanen komoditas andalan mereka karena diserang hama tupai yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

"Kami nggak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan buah kelapa dari serangan hama tupai, buah yang masih muda juga sudah bolong oleh tupai," kata Dullah (75), petani di Sukadana, Kabupaten Ciamis, Selasa 8 November 2016, seperti dilansir Antara.

Akibat serangan hama tupai itu, dalam beberapa bulan terakhir petani tidak bisa memanen buah kelapa di kebun miliknya. Akibatnya penghasilan bulanan yang biasa diperolehnya praktis tidak mengalir.

Padahal uang penghasilan dari penjualan buah kelapa di kebunnya menjadi andalannya, di samping buah-buahan lainnya di kebun itu.

"Biasanya hasil penjualan kelapa itu saya gunakan untuk membayar Pajak Bumi Bangunan (PBB), namun tahun ini tidak menghasilkan. Terpaksa harus mengambil dari tabungan," kata pria yang juga pensiunan pengajar di daerah itu.

Ia menunjukkan beberapa pohon kelapa miliknya yang menjulang, dari bawah terlihat hampir semua buah kelapa yang telah matang bolong dierat oleh tupai. Ia kesulitan untuk menjaga pohon kelapanya karena ketinggiannya di atas 15 meter.

"Dulu memang bisa dijerat dengan garungsang (perangkap tupai), namun sekarang tidak mempan lagi. Tupainya sangat banyak, bahkan jarang yang masuk ke perangkap itu," kata dia.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pemburu tupai kerap melumpuhkan hewan pengerat itu dengan tembakan senapan angin. Jumlah buruannya cukup banyak. Namun belakangan serangan tupai kian mengganas.

"Tupai seperti mengamuk saja karena diburu terus. Saya tidak tahu sampai kapan ini bisa diatasi," kata Dullah.

Ia menyebutkan, pada tahun 1970-an hingga awal tahun 1990-an daerah Sukadana dan sekitarnya dikenal sebagai daerah penghasil minyak kelapa atau dikenal minyak keletik.

Namun saat ini sudah jarang warga yang mengolah kelapa menjadi minyak keletik karena harga jualnya lebih mahal minyak goreng curah yang banyak dijual di pasar.

Meski demikian, di beberapa daerah pembuat minyak keletik masih bertahan, terutama di kawasan Ciamis bagian selatan. Sedangkan para petani lebih banyak menjual kelapa dari kebunnya dalam bentuk butiran.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya