Liputan6.com, New York - Rakyat Amerika Serikat menggunakan hak pilihnya pada pemilihan presiden (pilpres) yang digelar pada Selasa 8 November 2016 waktu setempat.
Tak terkecuali, dua capres yang sedang memperebutkan kursi di Gedung Putih, Hillary Clinton dan Donald Trump.
Advertisement
Donald Trump rencananya akan menggunakan hak pilihnya di sebuah tempat pemungutan suara (TPS) di dekat kediamannya di New York. Namun, sebelum kandidat Partai Republik itu tiba di sana, sebuah insiden menghebohkan terjadi.
Dua orang pendemo perempuan dalam kondisi telanjang dada (topless) diamankan polisi ketika sedang beraksi di TPS di mana Trump akan memilih.
Dua perempuan tersebut dilaporkan meneriakkan slogan-slogan anti Trump. Kemudian, para petugas yang diduga Secret Service meringkus mereka di depan para juru kamera dan para pemilih lainnya.
Video insiden tersebut diambil oleh Sharon Clott Kanter, style director majalah People.
"Protes di dalam stasiun pemungutan suara di nama Trump memilih. Dua perempuan ditangkap," kata dia lewat akun Twitternya, @sharonclott, seperti dikutip dari News.com.au, Selasa (8/11/2016).
Insiden tersebut terjadi di High School of Art and Design di 56th street, Manhattan, hanya lima blok dari Trump Tower.
Aturan Kota New York menyebut, dilarang melancarkan aksi protes di dalam lokasi pemungutan suara atau dalam radius 30 meter dari pintu masuknya.
Namun, soal telanjang dada, para perempuan tersebut tak melanggar hukum. Sebab, itu sah-sah saja dan bukan perkara ilegal di kota berjuluk 'Big Apple' itu.