Liputan6.com, New York - Selasa, 8 November 2016 adalah saat yang dinanti oleh Donald Trump. Seperti halnya jutaan warga Amerika Serikat lain, ia mendatangi tempat pemungutan suara (TPS).
Trump datang didampingi keluarganya. Saat menuju bilik suara, miliarder 70 tahun itu bersama sang istri, Melania. Keduanya memilih bilik suara bersebelahan.
Advertisement
Namun, ada hal unik dalam peristiwa itu. Donald Trump tertangkap kamera sedang mengintip ke arah Melania yang sedang menunduk, sibuk memberikan suaranya.
Mata capres Partai Republik itu mengarah ke kertas suara Melania Trump. Rekaman momentum canggung itu juga terekam kamera dan disiarkan di CNN dan sejumlah media.
"Percaya, hanya memverifikasi," canda reporter BuzzFeed dalam cuitan di Twitter, seperti Liputan6.com kutip dari Time, Rabu (9/11/2016).
Sejumlah netizen tak ketinggalan melempar candaan. Mereka menulis, jangan-jangan Donald Trump khawatir, Melania ternyata menjatuhkan pilihan pada Hillary Clinton.
Lucunya, hal serupa juga dilakukan putra sang miliarder, Eric Trump. Ia juga tertangkap kamera sedang mengintip ke bilik suara sang istri, Lara.
Setelah memberikan suara, Eric Trump mengunggah foto yang mengungkap bahwa ia memberikan pilihan pada ayahnya sendiri. Namun, tak berapa lama kemudian, unggahan itu dihapus. Selfie di bilik suara adalah hal terlarang di New York.
Sementara itu, Hillary Clinton dan suaminya, Bill Clinton memberikan suaranya di Douglas Grafflin Elementary School di Chappaqua, New York. Mantan Menlu AS itu terlihat melemparkan senyuman pada para pemilih di TPS yang mengelu-elukan kedatangannya.
"Hari ini, mari kita tunjukkan pada dunia bahwa cinta selalu bisa mengatasi kebencian," demikian ditulis tim kampanye Clinton dalam Twitter.
Sebelumnya, insiden menghebohkan terjadi di TPS tempat Donald Trump memilih.
Dua pendemo perempuan dalam kondisi telanjang dada (topless) diamankan polisi ketika sedang beraksi di TPS di High School of Art and Design di 56th street, Manhattan, hanya lima blok dari Trump Tower.
Dua perempuan tersebut dilaporkan meneriakkan slogan-slogan anti-Trump. Kemudian, para petugas yang diduga Secret Service meringkus mereka di depan para juru kamera dan para pemilih lainnya.