Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Akan tetapi, tekanan terhadap IHSG mulai berkurang usai dipastikan perhitungan suara pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dimenangkan oleh Donald Trump.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (9/11/2016), IHSG merosot 57,47 poin atau 1,05 persen ke level 5.413,21. Indeks saham LQ45 turun 1,4 persen ke level 921,71. Seluruh indeks saham acuan pun kompak melemah.
Ada sebanyak 227 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 93 saham menguat dan 77 saham lainnya diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham hari ini cukup ramai. Volume perdagangan mencapai 11,85 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 8,71 triliun. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 349.494 kali.
Baca Juga
Advertisement
Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.491,70 dan terendah 5.345,12. Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 467 miliar.
Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham infrastruktur turun 2,17 persen, dan mencatatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri merosot 1,17 persen dan sektor saham industri dasar tergelincir 1,23 persen.
Saham-saham yang menggerakan indeks saham dan menguat antara lain saham BUMI naik 5,07 persen ke level Rp 290 per saham, saham HRUM mendaki 6,88 persen ke level Rp 2.640 per saham, dan saham KRAS mendaki 3,11 persen ke level Rp 830 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan TLKM melemah 3,74 persen ke level Rp 4.120 per saham, saham ASII tergelincir 1,49 persen ke level Rp 8.250 per saham, dan saham ADRO melemah 3,68 persen ke level Rp 1.570 per saham.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, hasil perhitungan suara dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) menunjukkan Donald Trump memenangkan suara sehingga telah memberikan kepastian di pasar sahan. Tekanan IHSG pun menjadi berkurang.
Selain itu, harga komoditas seperti emas dan nikel menguat juga menahan pelemahan IHSG. Oleh karena itu, William yakin bursa saham akan kembali positif. "Pemilihan Presiden AS masih mempengaruhi. Namun euforia sesaat. Pelaku pasar menanti pelantikan presiden AS dan kebijakan yang akan diambil," kata dia saat dihubungi Liputan6.com.