Liputan6.com, Jakarta - Jejaring sosial Twitter yang sedang memperjuangkan bisnisnya kini ditinggal oleh salah satu petingginya yakni Chief Operating Officer (COO) Adam Bain.
Twitter mengumumkan kepergian Bain Rabu 9 November 2011 waktu Amerika Serikat. Mengutip Reuters, Kamis (10/11/2016), Bain dikenal sebagai pria yang membangun bisnis periklanan perusahaan serta meningkatkan pertumbuhan pengguna Twitter.
Disebutkan, Bain meninggalkan Twitter untuk mengejar kesempatan lainnya. "Untuk beberapa minggu mendatang, Bain bakal tetap di Twitter untuk membantu transisi ke COO baru," tutur perusahaan.
Baca Juga
Advertisement
Kepergian Bain dari perusahaan merupakan pukulan telak bagi Twitter. Terutama setelah perusahaan mempekerjakan bankir untuk akuisisi Twitter, sayangnya tak ada yang tertarik membeli situs microblogging itu. Tak hanya itu saja, bulan lalu perusahaan menyebut bakal mengurangi 9 persen karyawannya untuk menghemat pengeluaran.
Untuk diketahui, saham Twitter turun 4,3 persen setelah kegagalan penjualan perusahaan. Bain nantinya akan digantikan oleh Chief Financial Officer (CFO) Twitter Anthony Noto. Selanjutnya, Twitter akan mencari CFO baru.
Setelah Bain benar-benar meninggalkan Twitter, Noto akan melanjutkan tugas Bain mengelola bisnis live content serta periklanan global Twitter untuk membuat perusahaan tetap bertahan.
Diketahui, Bain bergabung dengan Twitter pada 2010. Saat itu kabarnya Twitter sama sekali tak ada pemasukan. Bain membangun mesin penjualan iklan yang menghasilkan US$ 2,2 miliar atau Rp 28,9 triliun per tahun lalu. Ia pun diangkat menjadi COO pada Oktober tahun lalu.
Saat mengumumkan kepergiannya dari Twitter, Bain mengatakan, "Saya akan membawa seluruh pengalaman di Twitter dan melakukan hal baru yang benar-benar berbeda di luar perusahaan."
Sementara itu, analis Wedbush Securities Michael Pachter menganggap Bain sebagai orang paling kompeten di Twitter. "Orang yang paling bekerja keras di Twitter ada di bagian periklanan, Adam Bain adalah orang paling kompeten di Twitter," ucap Pachter.
Meski banyak orang mencuit tentang pemilu Amerika Serikat, perusahaan benar-benar harus berjuang untuk meningkatkan layanan Twitter. Sebab, pertumbuhan penggunanya stagnan di angka 300 juta pengguna. Sementara rivalnya, Facebook memiliki 1,7 miliar pengguna aktif.
Tak hanya itu, nilai per lembar sahamnya turun drastis dari US$ 69 (Rp 907 ribu) pada 2014 menjadi US$ 18 (Rp 236 ribu) saat ini. Sebelumnya juga disebut beberapa perusahaan besar seperti Salesforce, Walt Disney, hingga Alphabet tertarik mengakuisisi perusahaan. Rupanya, semuanya batal menawar Twitter.
(Tin/Ysl)