Liputan6.com, Jakarta Ketika ditelantarkan oleh orangtua, kebanyakan anak mungkin menjadi patah semangat akan hidupnya dan bahkan lebih memilih untuk berhenti melakukan hal-hal dalam hidupnya yang sebetulnya bisa membuatnya hebat tanpa harus ada orang lain.
Untuk seorang gadis yatim piatu berusia 19 tahun asal Ende, Nusa Tenggara Timur bernama Agnes, ditinggalkan sang ibunda tercinta yang meninggal saat melahirkannya dan juga dilantarkan ayahnya yang menaruhnya di panti asuhan tidak lama setelah ia lahir, tidak membuatnya berhenti bersemangat menjalani hidup.
Advertisement
Ia kini merupakan salah satu bagian penting dari Yayasan Prima Unggul (YPU), wadah penampung yatim piatu yang berlokasi di Jakarta Timur. Perannya sangatlah penting karena bukan hanya menjadi salah satu siswi yang dididik saja, Agnes juga membantu mengatur keuangan yayasan yang telah mengasuhnya itu.
Agnes diberikan amanah dan kesempatan untuk mengatur keuangan di YPU karena pengetahuan mendalamnya akan ilmu matematika dan bisnis yang ia pelajari dan kuasai setelah masuk dan menjadi murid di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Pengembangan Bisnis Indonesia (STIE YPBI).
Selain menangani keuangan yayasan, ia juga sangat aktif memberikan pelatihan-pelatihan tentang keuangan kepada sesama anak-anak YPU maupun pada siswa- siswa dari sekolah lain. Salah satu pelatihannya bertajuk “Money Minded”.
Bangkit dari luka lama
Meski kini tengah menikmati kesuksesan, tidak bisa dipungkiri bahwa perjalanan hidupnya cukup keras dan perjuangan yang ia kerahkan harus sama-sama kerasnya untuk dirinya bisa berada di posisi sekarang. Perjuangan terberatnya adalah masa-masa menjelang SMA, ia mulai menyadari kondisi hidupnya yang telah ditinggalkan sekaligus dilantarkan kedua orangtua.
Ia menceritakan, sang ayah menitipkannya di salah satu panti asuhan yang ada di Flores, kampung halamannya, lantaran tidak sanggup merawatnya seorang diri dengan kondisi perekonomian yang dinilai cukup buruk.
Namun menitipkan lambat laun menjadi meninggalkan karena sang ayah hanya pernah mengunjunginya sekali saat dirinya duduk di bangku SMP dan tak pernah kelihatan lagi batang hidungnya.
Pasalnya, hal tersebut membuatnya sangat sedih dan lebih rentan akan penyakit. Ia pun tidak lama kemudian diberikan kesempatan untuk pindah ke Yayasan Prima Unggul (YPU) di Jakarta oleh para biarawati yang mengasuhnya di panti asuhan di kampung halamannya itu.
Agnes pun bersemangat mengambil kesempatan tersebut dengan harapan, hidupnya akan menjadi lebih baik dan juga supaya ia tidak lagi larut dalam kesedihan dan kekecewaan berkepanjangan.
Namun pada awalnya memang masih sulit, dirinya tetap tidak pernah luput dari segala bentuk penyakit, baik yang berskala kecil hingga besar.
“Saya sering sakit-sakitan ketika awal datang ke YPU, karena ada luka batin akibat mengingat masa lalu saya. Mungkin karena dari kecil enggak pernah melihat dan mengenal kedua orangtua saya,” ujarnya saat ditemui di Yayasan Prima Unggul, Jakarta Timur, ditulis Kamis (10/11/2016).
Karena kondisinya masih sering terlihat sangat lemah saat awal memasuki YPU, Agnes beberapa kali sempat dipulangkan kembali ke kampung halamannya.
Akan tetapi, dukungan dari teman-temannya di YPU sekembalinya ke tempat itu dari kampung halaman membantunya untuk bangkit dan menjadi semangat hidup lagi. Saat ini ia telah berhasil membangun kepercayaan dirinya, hingga saat ini ia diberi tanggung jawab memegang semua hal mengenai keuangan milik YPU.
“Saya kadang enggak menyangka, kok saya bisa ya sampai sekarang seperti ini, kalau mengingat dulu pernah akan dipulangkan, karena fisik saya yang sempat lemah, dan saya sangat beruntung diberi kesempatan untuk bangkit dan menjadi seperti sekarang,” kata Agnes, alumni YPU dan merupakan salah satu mahasiswi di STIE YPBI, jurusan manajemen.