Opera Kecoa, Rumitnya Cinta Segitiga PSK, Bandit, dan Waria

Tak hanya mengisahkan konflik cinta segitiga, lakon ini juga penuh kritik sosial tentang korupsi, pungli, pembakaran, penembakan, dll.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 10 Nov 2016, 19:31 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Julini ditembak! Salah dia apa? Padahal, Julini hanyalah waria yang mencari kerja secara baik-baik. Ia tidak pernah ikut berdemo seperti waria yang lain. Malahan, ia hanya kebetulan saja lewat di tempat tersebut.

Kematian Julini seolah menjadi tamparan bagi Roima, si bandit yang menjadi kekasihnya selama ini. Sebelum pergi, mereka berdua memang sempat bertengkar. Sebabnya, Roima tepergok berselingkuh dengan Tuminah, pekerja seks komersial yang sahabat Julini sendiri.

Secara garis besar, Opera Kecoa yang dipentaskan oleh Teater Koma ini memang menceritakan kisah tiga orang anak manusia itu. Namun sesungguhnya, apa yang ditampilkan lebih rumit dari itu. Korupsi, pungutan liar, pembakaran, demonstrasi, sampai pejabat yang bejat berkelindan menjadi satu dalam produksi Teater Koma ke-146 ini.

Opera Kecoa sebenarnya pernah dipentaskan pada tahun 1985 serta tahun 2003. Akan tetapi, dirasa masih relevan dengan masa sekarang, lakon ini pun dipanggungkan kembali tanpa mengubah sedikit pun naskahnya.

Ada alasan tersendiri bagi Nano Riantiarno, penulis naskah sekaligus sutradara Teater Koma, mengangkat kembali naskah Opera Kecoa. Menurut dia, apa yang ia pentaskan 30 tahun lalu, masih berlaku di masa sekarang. Baginya, reformasi yang digaungkan orang-orang sesungguhnya gagal.

"Lihat saja buktinya. Masih ada korupsi, pembakaran, penembakan terhadap orang tak bersalah, demonstrasi ricuh. Ini berarti, tak ada yang berubah sejak 30 tahun yang lalu," pungkas dia saat ditemui usai pementasan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (09/11/2016).

-
 

Meski mendapat sedikit sentuhan modern, ia menjanjikan tak ada yang berubah dari naskah Opera Kecoa. Jika pun ada, paling hanya beberapa peran yang diubah dengan inti yang sama.

"Ini untuk menunjukkan tahun 80 dengan sekarang memiliki keterkaitan," tambah dia.

Tidak bermaksud mengurangi fungsi peran yang lain, namun bintang paling bersinar pada pementasan Opera Kecoa ini sudah tentu Julini. Karakter waria yang diperankan oleh Joind Bayuwinanda ini benar-benar mampu mengocok perut penonton.

Celetukan-celetukannya membuat gemas penonton. Belum lagi gerak-geriknya yang centil tapi saat marah sifat machonya keluar. Kemanjaan Julini pada Roima, semuanya mampu memikat penonton hingga pementasan usai.

Ditanya kesulitan memerankan tokoh waria tersebut, Joind mengaku butuh waktu lama melebur dengan perannya tersebut. Bahkan, ia sampai-sampai berlatih dengan para banci di sekitar tempat tinggalnya untuk mendapatkan feel yang pas sebagai waria itu.

"Awalnya mereka bilang, 'Ih, masih kaya cowok. Sudah kamu ga usah jadi banci. Ga mirip.' Mereka sampai kesal sendiri. Tapi ya saya mana mau menyerah," terang Joind.

Meski telah menonton video pementasan sebelumnya dan berusaha menginterpretasikan dengan caranya sendiri, Joind mengaku masih ada yang kurang. Setelah berkali-kali berlatih di depan Nano, dua minggu sebelum pentas, barulah ia mendapatkan feel peran tersebut.

-
 

Toh demikian, peran Julini tidak akan lengkap bila tidak didukung oleh kecentilan Tuminah (Tuti Hartati) dan Roima (Baru Dharmawan Saleh). Lakon Opera Kecoa pun semakin semarak dengan kehadiran pejabat, teman-teman PSK, teman-teman waria, bandit, dan para pemusik.

Pementasan Opera Kecoa tahun 2016 ini didukung oleh Ratna Riantiarno, Budi Ros, Rita Matu Mona, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah, Daisy Lantang, Sri Yatun, Ratna Ully, Raheli Dharmawan, Julius Buyung, Ina Kaka, Ledi Yoga, Dodi Gustaman, Sir Ilham Jambak, Bangkit Sanjaya, Rangga Riantiarno, Adri Prasetyo, Tuti Hartati, Bayu Dharmawan Saleh, Didi Hasyim dan Joind Bayuwinanda.

Lirik-lirik gubahan N. Riantiarno akan diiringi oleh komposisi musik almarhum Harry Roesli dengan aransemen garapan Fero Aldiansya Stefanus, tata gerak garapan Ratna Ully serta bimbingan vokal Naomi Lumban Gaol. Penataan busana oleh Alex Fatahillah, tata artistik dan tata cahaya panggung digarap oleh Taufan S. Chandranegara, didukung oleh Pimpinan Panggung Sari Madjid, pengarah tehnik Tinton Prianggoro serta Pimpinan Produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan Co-Sutradara Ohan Adiputra dan Sutradara N. Riantiarno.

Lakon Opera Kecoa yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dapat disaksikan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, pada tanggal 10-20 November 2016, pukul 19.30. Kecuali hari Minggu, pukul 13.30.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya