Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) mengincar pasar Australia untuk produk Solar yang nantinya diproduksi di New Grass Root Rafinery (NGRR) Tuban, Jawa Timur. Dalam pembangunan kilang ini, Pertamina menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rusia, Rosneft.
Direktur Mega Proyek dan Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, kilang Tuban ini ditargetkan selesai pada 2021. Bila sudah beroperasi nanti, NGRR Tuban ini akan memproduksi 25 ribu barel avtur per hari, 100 ribu barel solar per hari dan 90 ribu barel bensin per hari.
"Tuban ini rencana selesai 2021, dan (produk) bisa masuk pasar pada 2022. Kalau produknya lebih dan tidak terserap di nasional, akan diekspor," ujar dia di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (10/11/2016).
Baca Juga
Advertisement
Hardadi mengungkapkan, salah satu pasar untuk ekspor solar yaitu Australia. Menurut dia, Negeri Kanguru tersebut selama ini mengimpor Solar dari Singapura.
"Singapura selama ini dikenal net eksportir, kita belajar jadi eksportir. Kalau pasarnya di Australia, ngapain dia jauh-jauh ke Singapura, bisa ambil di Jawa Timur (Tuban). Kalau Tuban ke Australia dibanding singapura ke Australis kan lebih jauh. Kita menang lokasi," kata dia.
Dia menjelaskan, Australia merupakan pasar yang menjanjikan. Sebab berdasarkan riset, kebutuhan Australia akan solar masih sangat besar. "Pasar Australia pada 2025-2030 masih besar, pada 2045 mereka masih defisit besar," lanjut dia.
Selain itu, kerjasama Pertamina dengan Rosneft akan membantu penjualan produk dari kilang Tuban ke negara lain. Selama ini Rosneft punya kekuatan dalam pemasaran dan ditambah dengan kemampuan Pertamina.
"Dengan JV (joint venture) Rosneft, kita punya mitra yang kuat, mereka punya kemampuan yang kuat dalam marketing," tandas dia. (Dny/Gdn)