Liputan6.com, Jakarta Pemerintah resmi merilis paket kebijakan ekonomi jilid 14 terkait dengan e-commerce. Melalui paket kebijakan ini, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara digital ekonomi terbesar di Asia Tenggara pada 2020.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Bahlil Lahadalia mengatakan, e-commerce merupakan salah satu trend bisnis yang tengah berkembang di Indonesia. E-commerce bahkan sudah menembus sendi-sendi infrastruktur fisik.
Advertisement
Meski demikian, dia melihat masih ada beberapa kendala dalam menjalankan bisnis digital ini. Salah satunya adalah masalah pembiayaan atau pinjaman dari perbankan.
“E-commerce merupakan salah satu trend bisnis yang mampu menembus sendi-sendi infrastruktur yang fisik. Bahkan perlahan bisa menggeser swalayan, atau toko-toko offline. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah yang dirasakan oleh pelaku bisnis e-commerce. Yaitu masalah pembiayaan atau permodalan dari perbankan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (11/11/2016).
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan melalui paket kebijakan ekonomi 14, pemerintah mengeluarkan peta jalan (road map) e-commerce untuk mengatasi problematika pengusaha startup dan digital saat ini.
Dia menyebut, pokok masalah yang menghambat perkembangan e-commerce di Indonesia antara lain, pendidikan dan sumber daya manusia, pendanaan, perpajakan, cyber security, infrastruktur, logistik, dan pedoman strategis.
“Dari masalah-masalah tersebut maka Kemenkominfo membuat sebuah peta solusi. Setidaknya terdapat 30 kebijakan pemerintah untuk menunjang e-commerce. Pemerintah menargetkan e-commerce bisa memperoleh US$ 310 miliar sampai pertengahan 2018,” kata dia.
Konsep road map e-commerce ini, lanjut Rudiantara, mengadopsi dari cara Tiongkok yang sudah lebih dulu membuat konsep ini pada 2014. Dan cara ini terbukti ampuh mendongkrak daya saing ekonomi Tiongkok dalam bisnis digital.
“Tiongkok sudah berhasil mengaplikasikan roadmap e-commerce ini. Terbukti, pada 2014 bisnis e-commerce Tiongkok mencapai US$ 453 milliar,” tandas dia.