Liputan6.com, Jakarta Rupiah merosot ke posisi terendah dalam lima tahun sejak 2011. Ini mendorong bank sentral untuk mengambil langkah guna menstabilkan pasar.
Mengutip laman Bloomberg, Jumat (11/11/2016), rupiah merosot 2,7 persen ke level 13.495 per dolar AS pada pukul 09:47 WIB. Ini merupakan penurunan terbesar sejak September 2011.
Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah mengatakan rupiah melemah setelah investor jangka pendek bergegas melakukan hedging ke pasar yang menyebabkan kontrak turun secara signifikan.
"Otoritas moneter sudah mengambil langkah di pasar untuk menstabilkan rupiah, dan tidak melihat banyak dana yang keluar dan kami berharap rupiah hanya bergerak sementara," ujar Nanang.
Baca Juga
Advertisement
Rupiah memimpin penurunan mata uang di Asia. Adapun Won Korea Selatan juga melemah 1,4 persen, baht Thailand susut 0,6 persen dan Peso Filipina turun 0,5 persen.
Sentimen terhadap aset emerging-market memburuk seiring spekulasi jika Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mendorong kebijakan perdagangan yang proteksionis.
Bahkan dalam 100 hari kepemimpinan Trump, AS dilaporkan kemungkinan besar keluar dari kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership, seperti dilaporkan Politico, mengutip dokumen tim transisi internal.
"Rupiah jatuh dalam menanggapi kondisi tersebut, jadi bukan karena faktor domestik," kata Kepala Treasury PT Bank Central Asia Branko Windoe.
Dia mengaku telah memperhatikan kondisi sejak pemilu AS dimulai. "Selama kampanye Trump banyak menguraikan kebijakannya. Dan banyak yang memperhitungkan dampak hal itu ke Asia, khususnya pada perdagangan," tutur dia.