Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 160,98 poin atau 2,95 persen ke level 5.289,32 pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Jumat (11/11/2016). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan berimbas negatif ke IHSG.
Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan, IHSG jatuh lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah sempat di kisaran 13.273-13.873 membuat pasar khawatir. Tekanan rupiah terjadi lantaran kecemasan terhadap rencana kebijakan presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump.
"Ada masalah besar kebijakan Donald Trump yang pengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," ujar Hans saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (11/11/2016).
Hans menuturkan, kebijakan Donald Trump yang akan pengaruhi nilai tukar rupiah antara lain rencana Donald Trump yang akan memperkuat ekonomi dalam negeri Amerika Serikat (AS)."Donald Trump akan membangun infrastruktur dan perkuat ekonomi dalam negeri sehingga menjadi kekuatan ekonomi. Hal itu membuat dolar AS akan menguat," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Kedua, kebijakan pajak. Hans mengatakan, Donald Trump akan memangkas pajak penghasilan individu dan investasi. Hal itu dapat menarik dana investor dari emerging market balik ke Amerika Serikat.
Ketiga, sikap Donald Trump terhadap perdagangan internasional. Donald mengatakan, sikap perdagangan internasional Donald Trump yang proteksionisme akan membuat negosiasi ulang Trans Pacific Partnership (TPP).
Melihat kondisi itu, Hans menilai investor juga merealisasikan keuntungannya. Apalagi IHSG sudah menguat 35,98 poin ke level 5.450 pada perdagangan kemarin usai pengumuman Donald Trump unggul suara atas Hillary Clinton.
Hans mengatakan, pergerakan IHSG masih akan tergantung dari laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ke depan. Oleh karena itu, IHSG masih akan bergejolak hingga nilai tukar rupiah terkendali. Hans memperkirakan IHSG bergerak di kisaran 5.150-5.152 ke depan. "Tergantung nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ini agak fundamental," kata dia.
Hans menambahkan, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga dengan melihat kondisi kebijakan Donald Trump ke depan. Ia menuturkan, sentimen global akan mendominasi pergerakan ke depannya. Akan tetapi, aliran dana pengampunan pajak atau tax amnesty diharapkan dapat selamatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.