Liputan6.com, Nusa Dua - Sekretaris National Central Berau Interpol Indonesia Brigjen Polisi Naufal Yahya menyebut, masih ada sejumlah negara anggota Interpol yang enggan berbagi data. Terutama, data terkait terorisme.
"Masih cukup banyak. Tapi saya tidak tahu jumlahnya," kata Naufal di Nusa Dua, Bali, Jumat (11/11/2016).
Advertisement
Menurut Naufal, pertukaran data antarnegara terkait terorisme sangat penting. Terutama untuk mengidentifikasi keberadaan pelaku.
Tetapi, sambung Naufal, ada sejumlah negara yang merasa diuntungkan bila tidak membagi data dan informasi tentang terorisme.
"Tapi seperti tadi, ada (negara) yang dapat keuntungan. Jadi dia akan diam atau abstain," ucap Naufal.
Ancaman ISIS
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidato penutupan sidang umum Interpol meminta kepada dunia agar waspada terhadap ancaman teror. Khususnya dari jaringan teroris ISIS.
"Ancaman ini makin berbahaya. Terlebih ISIS sudah jadi ancaman yang menggunakan metode konvensional dan non-konvensional. Teroris tidak beragama, teroris juga tidak mewakili agama," kata Retno di Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis 10 November 2016.
Menurut Retno, tidak ada negara yang bisa menghadapi ancaman teror sendirian. Oleh karenanya, diperlukan kerja sama yang konkret antarnegara di dunia dalam menangani masalah teroris.
Apalagi, lanjut Retno, kelompok teroris kerap menggunakan perkembangan teknologi. Salah satunya melalui kerap memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan propagandanya.