Liputan6.com, Jakarta Setiap 12 November 2016, seluruh dunia memperingati Hari Pneumonia Sedunia. Meski nama penyakit ini mungkin tidak sepopuler penyakit jantung atau stroke, namun tahukah Anda kalau pneumonia cukup menyumbang kematian tertinggi setelah diare pada balita, berdasarkan data Riskesdas 2007 dan 2013.
Sebagian besar kasus pneumonia di Indonesia diakibatkan oleh bakteri, seperti dipaparkan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, Mohamad Subuh, MPPM. Lebih lanjut, Subuh menyebutkan faktor-faktor risiko yang membuat anak rentan terkena pneumonia:
Advertisement
1. Tidak ASI ekskulsif
Sejumlah studi menyebutkan, anak yang tidak mengonsumsi Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif enam bulan pertama dalam kehidupan cenderung lebih rentan sakit, termasuk pneumonia. Oleh karena itu, Subuh menekankan pentingnya ibu memberikan ASI eksklusif untuk mengurangi potensi terkena penyakit yang menyerang paru-paru ini. "Ternyata anak yang diberi ASI eksklusif itu jauh memiliki daya tahan lebih baik terhadap penyakit infeksi termasuk pneumonia," katanya.
2. Gizi kurang
Bila asupan gizi anak kurang, daya tahan tubuhnya pun tidak kuat. Hal ini membuat anak dengan gizi kurang, berisiko terkena pneumonia.
3. Tidak imunisasi
Imunisasi membuat tubuh anak jadi lebih kuat. Namun bila tidak dilakukan, membuat anak rentan sakit. "Jadi kalau orangtua tidak mau imunisasi anaknya, jangan kaget bila anaknya mungkin terkena penyakit menular seperti pneumonia," kata Subuh.
4. Berat badan lahir
Bila berat badan saat lahir rendah, berisiko terkena pneumonia.
5. Paparan polusi udara di rumah
Bila kondisi ventilasi udara dalam rumah tidak baik itu juga berisiko membuat anak-anak mudah terkena pneumonia.
6. Kepadatan penduduk
"Mudah tidaknya penularan pneumonia juga tergantung kepadatan penduduk," kata Subuh.