Liputan6.com, Tangerang - Dua model Big Bike Honda yang dijual di Indonesia adalah CB650F dan CBR500R. Sebagaimana motor gede (Moge) pada umumnya, motor ini jarang terlihat di jalan umum. Apalagi dengan harga yang mencapai ratusan juta rupiah, pasti tak banyak yang mampu membelinya.
Otomotif Liputan6.com berkesempatan menjajal dua produk tersebut saat kunjungan ke main dealer (sekaligus gudang penyimpanan) Honda, Wahana Makmur Sejati, Tangerang, Kamis (10/11/2016) pekan lalu. Tentu kesempatan ini tidak kami sia-siakan.
Baca Juga
Advertisement
Sebetulnya banyak model yang dapat dijajal, di antaranya adalah Supra GTR dan Sonic. Namun kedua produk tersebut sudah terlalu mainstream, banyak beredar di jalanan, dan beberapa kali juga pernah kami coba. Lain halnya dengan big bike.
Sayangnya test ride kali ini tidak seperti test ride pada umumnya. Pasalnya, test ride hanya dilakukan di area khusus di kawasan dealer dengan luas tak terlalu besar. Bentuk tempat pengujian hanya lapangan aspal persegi panjang dengan beberapa halang rintang yang telah diatur sedemikian rupa.
Pun dengan waktu. Per model kami uji tak lebih dari lima menit, sehingga tak terlalu dapat merasakan, misalnya, tenaga atau top speed. Namun ini tidak menyurutkan antusiasme kami. Setidaknya tarikan awal dan handling kedua motor ini tetap bisa dirasakan.
Langsung saja, bagaimana rasanya menaiki Moge Honda? Mari kita mulai dengan CBR500R.
Next
Honda CBR500R
Sebelum menaiki motor berkelir merah ini, kami sudah berasumsi bahwa posisi duduk akan relatif kaku. Tapi ternyata, saat jok mulai diduduki dan tangan mantap memegang handle gas, asumsi tersebut runtuh.
Posisi duduk motor full fairing berkelir merah dan strip putih ini ternyata membuat pengendaranya santai. Posisi punggung, misalnya, relatif tegak, tidak membungkuk layaknya motor sport pada umumnya.
Ditilik dari spesifikasinya, jok motor ini ternyata cukup rendah, hanya 789 mm. Sebagai pembanding, CBR150R posisi joknya hanya lebih rendah 2 mm saja. Tak heran jika kaki pengendara dengan tinggi 170an cm dapat menapak mantap di aspal.
Dimensi motor ini juga tak berbeda jauh dengan CBR250RR, Jika CBR250 RR panjang x lebar x tinggi : 2.060 x 724 x 1.098 mm, maka CBR500R 2.081 x 756 x 1.150 mm.
Bagaimana dengan performanya? Seperti telah disinggung sebelumnya, kami tak menjajal secara maksimal motor ini, hanya beberapa kali putaran saja. Namun begitu torsi begitu terasa sesaat setelah kopling dibuka dan tuas gas diputar.
Memang secara teknis, motor ini terbilang buas. Mengusung mesin 471 cc dengan tipe Liquid-Cooled, 4-Stroke, DOHC parallel twin cylinders, mesin ini mampu keluarkan tenaga hampir 50 Tk pada 8.500 rpm dan torsi 44,5 Nm pada 7.000 rpm.
Satu hal yang cukup terasa adalah soal handling. Kami cukup kesulitan untuk membuat CBR500R berbelok atau menukik sesuai keinginan kami. Stangnya terasa cukup berat untuk melewati tikungan-tikungan yang telah dirancang sedemikian rupa.
Pun dengan suspensi belakang, yang kami nilai cukup keras. Saat melintasi jalur bumpy misalnya, rebound sangat terasa hingga ke perut.
Meski begitu, soal handling dan suspensi sebetulnya adalah hal yang cukup wajar, mengingat peruntukkan motor ini yang fokus pada perfoma mesin. Tentu jika dibawa di jalan mulus, karakter seperti ini justru sangat membantu.
Next
Honda CB650F
Setelah puas berkeliling menggunakan motor pertama, kini waktunya menjajal motor lain, CB650F, model yang secara teknis lebih buas dibanding CBR500R.
Apa yang menarik dari kedua motor ini adalah riding position. Meski keduanya jika hanya dilihat akan terihat sangat besar dan dirasa sulit dikendarai, namun ternyata ketika sudah di atas jok semua itu buyar. Posisi duduk motor ini bahkan dalam derajat tertentu mirip dengan posisi duduk beberapa motor sport lain berkubikasi 150 cc.
Kesan mantap langsung terasa ketika mesin baru dihidupkan. Bunyi knalpot begitu `renyah`, meraung dengan nada yang agak melengking. Maklum, data teknis menyebut motor ini sudah dijejali mesin 4 silinder dengan desain knalpot berkonfigurasi 4-1.
Sedikit perbedaan antara motor ini dan CBR500R adalah saat tuas kopling dibuka. Honda CB650F perlu bukaan kopling yang lebih jauh ketimbang CBR500R. Dalam beberapa saat kami butuh penyesuaian. Bahkan saat dijajal motor ini hampir mati.
Namun begitu, dibanding CBR500R, naked bike CB650F lebih mudah dikontrol. Liukan demi liukan dapat dilewati dengan lebih ringan. Lengan juga relatif lebih rileks. Karena itu pula motor ini lebih enak dikendarai di jalanan non aspal, atau jalanan aspal namun butuh kontrol stang yang lebih banyak.
Namun itu tadi, harus tetap menjaga bukaan kopling tetap lebar, jika tidak mau hanya ada raungan saja tanpa berputarnya ban.
Sedikit bicara soal fitur, CB650F telah dilengkapi dengan rem depan double disc brake dengan teknologi ABS. Fitur keselamatan ini membuat pengendara lebih percaya diri. Dual rem itu bisa diandalkan seandainya butuh pengereman mendadak.
Apa yang akan dirasakan pengendara yang menggunakan motor ini dalam jangka waktu yang relatif panjang adalah panas berlebih pada kaki bagian dalam, yang berasal dari mesin. Apalagi CB650F sengaja didesain dengan menonjolkan segi otot, sehingga mesin sebagai sumber panas sangat terekspos tanpa terhalangi apapun.