Liputan6.com, New York - Wall Street kembali menguat dengan indeks Dow Jones ditutup mencapai rekor tertinggi di akhir pekan ini, memperpanjang reli usai kemenangan tak terduga Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.
Indeks mencatat kenaikan tajam selama seminggu, dengan Dow meraih persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Desember 2011.
Melansir laman Reuters, Dow Jones industrial average naik 38,62 poin atau 0,21 persen ke posisi 18.846,5. Kemudian indeks Nasdaq Composite menguat 28,32 poin, atau 0,54 persen, ke posisi 5.237,11.
Namun indeks S & P 500 harus mengalah 3,16 poin, atau 0,15 persen, ke 2,164.32.
Baca Juga
Advertisement
Lonjakan saham bank dan perusahaan infrastruktur dalam dua hari menyusul kemenangan Trump dalam Pilpres AS, menempatkan Dow Jones industrial average di jalur pekan terbaik sejak 2011.
Investor kini tengah bertaruh terkait kampanye Trump yang berjanji untuk menyederhanakan regulasi di bidang kesehatan dan sektor keuangan dan meningkatkan belanja infrastruktur.
"Wall Street akan menonton banyak janji (Trump) dan pengumuman kebijakan yang diambilnya dan kita akan melihat ini akan membuat kondisi lebih optimis, kita lihat saja di pasar dalam beberapa hari terakhir," kata Alan Gayle, Ahli Strategi Investasi Senior dan Direktur Alokasi Aset RidgeWorth Investments di Atlanta, Georgia.
Adapun indeks S&P 500 di sektor keuangan telah memperoleh kenaikan 7,9 persen dalam tiga sesi terakhir. Kemudian saham Industrials melonjak 4,4 persen sejak pemilu dan kesehatan naik 3,1 persen.
Adapun saham yang mengalami kenaikan di akhir pekan adalah milik Nvidia (NVDA.O) yang melonjak 27 persen. Kenaikan ini membantu menjaga Nasdaq di wilayah positif setelah pembuat chip grafis ini melaporkan pertumbuhan pendapatan kuartalan terbesar dalam lebih dari enam tahun.
Kemudian saham Walt Disney (DIS.N) yang naik 3 persen setelah eksekutif berjanji membuat laba perusahaan bertumbuh selama dua tahun ke depan.
Di sisi lain, wakil Gubernur Federal Reserve Stanley Fischer, mengatakan prospek pertumbuhan ekonomi muncul cukup kuat untuk kenaikan bertahap suku bunga, namun bank sentral masih memantau peningkatan biaya pinjaman jangka panjang pemerintah AS.