Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah dunia turun lebih dari 2 persen setelah OPEC mengatakan produksi minyak mencapai rekor pada Oktober.
Ini mendorong keraguan tercapainya rencana organisasi ini untuk membatasi produksi guna mengurangi kelebihan pasokan di pasar.
Melansir laman Reuters, Sabtu (12/11/2016), harga minyak mentah berjangka internasional Brent menetap di US$ 44,75 per barel, turun US$ 1,09, atau 2,4 persen. Harga minyak ini telah mencapai posisi rendah di US$ 44,19, sejak Agustus.
Baca Juga
Advertisement
Sementara minyak berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) turun sebesar US$ 1,25, atau 2,8 persen menjadi US$ 43,41 per barel, setelah pulih dari posisi rendah sebelumnya di US$ 43,04 per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) melaporkan output naik menjadi 33.640.000 barel per hari (bph) di bulan lalu, naik 240.000 barel per hari dari September.
"Fakta bahwa produksi minyak OPEC meningkat tentu membuat kondisi mereka mungkin lebih sulit," kata David Thompson, Wakil Presiden Eksekutif Powerhouse, broker-khusus komoditas energi di Washington.
OPEC berencana untuk memotong atau membekukan output guna kembali menstabilkan harga. Namun investor skeptis bahwa kesepakatan tersebut akan tercapai dan juga khawatir jika kesepakatan apa pun yang dicapai pada pertemuan di 30 November, tidak akan efektif membuat harga stabil.
Berdasarkan catatan, OPEC harus memangkas produksi hingga satu juta barel per hari untuk merealisasikan janjinya mengurangi produksi antara 32,50 juta barel per hari dan 33,0 juta barel per hari.
Adapun Brent dan WTI menetap sekitar 2 persen lebih rendah selama sepekan ini. Harga minyak mentah berjangka telah berkurang sejak akhir September ketika OPEC mengatakan kesepakatan untuk memotong produksi minyak.