Indah, Inilah Ladang Cahaya di Gurun Uluru Australia

Gurun Uluru memiliki satu lokasi yang bersinar terang pada malam hari yang bernama “Ladang Cahaya”.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 15 Nov 2016, 15:00 WIB
Indahnya "Ladang Cahaya" di Gurun Uluru, Australia (foto : Mark Pickthall)

Liputan6.com, Jakarta Jauh di dalam keringnya gurun pasir di Australia, terlihatlah sebuah batu tingi yang telah terbentuk selama 600 miliar tahun yang lalu. Bagi penduduk Aborigin, Uluru merupakan tempat yang suci dan penuh arwah serta cerita pada masa lalu. Bagi turis, tempat ini merupakan lokasi bersejarah dan letak salah satu keindahan dunia. Namun, gurun ini memiliki satu lokasi yang bersinar terang pada malam hari yang bernama “Ladang Cahaya”. Seperti yang dirilis oleh bbc.com, Selasa (15/11/2016).

50 ribu bunga bercahaya ini diciptakan oleh salah seorang seniman Inggris yang bernama Bruce Munro. Ternyata konsep ini sudah dipikirkan oleh seniman ini sejak tahun 1992 pada saat ia berkunjung ke Uluru. “Saya memiliki pengalaman aneh ini, saya merasa tempat ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Biasanya keadaan gurun akan membuatmu sangat kering. Namun di Uluru, semua cahaya matahari kembali ke angkasa dan merasa tetap bisa hidup” ujar Munro.

Lebih dari sepuluh tahun, pemikiran tersebut hanya tersimpan di buku catatan saja. Akhirnya pada tahun 2004, Munro bisa mewujudkan keinginan membuat ladang cahaya ini ribuan kilo dari Australia, tepatnya di kampung halaman Munro, Wiltshire, Inggris. Semenjak itu ia membuat lebih banyak karya lagi di London, Edinburgh, dan Tenesse.

Indahnya

Setelah mendengar inspirasi mengenai “Ladang Cahaya”, Ray Stone, representative dari Australia’s Indigenous Land Corporation, menelepon Munro dan menanyakan apakah ia bersedia membuat karya serupa di Uluru. Munro merasa tidak percaya dan sangat gembira. “Ini seperti hari natal datang bersamaan” ujar Munro

Indahnya

Bekerjasama dengan Indigenous Land Corporaation, Munro menggarap lebih dari 49 ribu meter persegi gurun di Uluru dan membawa seluruh peralatan ke tempat ini. Munro juga meyakinkan para penduduk lokal bahwa karya seni ini tidak merusak lingkungan dan memanfaatkan cahaya matahari untuk menghidupkan ladang ini. Karya seni ini akan terus ditampilkan hingga 31 Maret 2017 dengan tujuan sederhana, Munro hanya ingin para pengunjung yang melihat karyanya bisa tersenyum.
“Bila saya bisa membuat pengunjung tersenyum, apa lagi yang saya inginkan?” tutup Munro.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya