Langkah Persuasif Cegah Pengeroyokan Siswa SMK Berulang

Misalnya, guru BK yang ada di sekolah akan mendampingi para siswa yang bermasalah.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 13 Nov 2016, 09:04 WIB

Liputan6.com, Tegal - Kasus pemukulan dan pengeroyokan saat jam pelajaran di sekolah oleh 20 pelajar senior kepada sejumlah siswa junior di SMK Negeri 3 Kota Tegal, Jawa Tengah, menjadi perhatian serius pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat.  

Secara khusus guru BK ditugaskan untuk menangani para siswa SMK yang bermasalah tersebut. Mereka akan memberikan bimbingan secara intensif dengan menggunakan cara pendekatan personal.

"Guru BK yang ada di sekolah akan mendampingi para siswa yang bermasalah itu. Dimulai dari bagaimana cara berperilaku disiplin agar tidak melanggar tata tertib sekolah," ucap Kepala Dinas Pendidikan Kota Tegal, Johardi, Jumat 12 November 2016.  

Menurut dia, di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang masuk dalam kategori ringan sampai dengan berat.

"Saya kira penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya," dia menambahkan.  

Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, lanjut Johardi, aturan tata tertib siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan lembaga hukum yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku.  

Korban pengeroyokan oleh siswa senior. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

"Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya," kata dia. 

Johardi menjelaskan, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengutamakan terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah.

"Jadi setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik," Johardi mengungkapkan.

Pendekatan Interpersonal

Pendekatan interpersonal, menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Tegal, pada dasarnya sama. Yaitu, tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah.  

"Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya," kata dia.  

Sementara itu, persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.  

"Yang perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor)," ujar Johardi.

Di sisi lain, penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah, tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.    

Sedangkan beberapa cara untuk mengatasi masalah jika siswa membuat sebuah masalah baik itu ketika siswa tersebut nakal di dalam kelas maupun di luar kelas.  

"Maka cara yang pantas yang untuk mengatasi karakter anak seperti ini dengan cara melakukan pendekatan secara persuasif yaitu dengan cara memperhatikan atau memberikan sebuah perhatian khusus kepada anak yang bersangkutan," Kepala Dinas Pendidikan Kota Tegal itu menjelaskan.  

Meskipun demikian, perhatian yang di berikan tidak terlampau kelihatan kepada siswa-siswa lainnya. Pasalnya, jika murid-murid yang lain tahu bahwa anak yang bersangkutan mendapatkan perhatian khusus maka akan menimbulkan rasa iri di dalam diri mereka.  

"Utamanya saat memberikan perhatian kepada seorang anak yang nakal di dalam kelas, harus di perhatikan mengapa anak yang bersangkutan berbuat demikian," Johardi memungkasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya