Liputan6.com, Jakarta Tim DVI Polda Sulteng telah mengambil sampel DNA keluarga almarhum Suharyono alias Yono Sayur alias Pak Hiban. Yono merupakan salah satu anggota Kelompok Teroris Mujahidin Indonesia Timur yang tewas tertembak dalam adu senjata antara kelompok radikal besutan Santoso itu dengan personel Satgas Operasi Tinombala di Dusun Kuala Aerteh, Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Mautong, Sulteng.
"Keluarganya tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palu Sulteng kemarin siang, sesuai protap yang ada kami harus mengambil sampel DNA keluarganya dan tim DVI sudah mengambil DNA Istri dan anak kandungnya kemarin," kata Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto.
Advertisement
Setelah diambil sampel DNA-nya, anak dan Istri Yono Sayur dipersilakan melihat jasad Yono di ruang Instalasi Forensik RS Bhayangkara Kota Palu. "Setelah melihat jasadnya (Yono), pihak keluarga membenarkan itu adalah Suharyono alias Yono Sayur sesuai ciri-ciri fisiknya," lanjut dia.
Yang jelas, terang Hari, setelah memenuhi persyaratan identifikasi dari pihak keluarga, jenazah Yono kemudian diserahkan ke pihak keluarga. "Setelah semua selesai kita serahkan jenazahnya ke pihak keluarga kemarin, dan ia sudah diantar ke kampung halamannya di Poso pakai ambulans RS Bhayangkara Kota Palu," ungkap Hari.
Dimakamkan di Kampung Halaman
Suharyono alias Yono Sayur alias Pak Hiban telah dimakamkan di kampung halamannya di pemakaman umum Kelurahan Lawanga, Poso, Sulawesi Tengah pada Sabtu (12/11/2016) malam sekitar pukul 22.35 Wita.
Prosesi pemakaman dipimpin Ketua DPW FPI Kabupaten Poso, Ustad Sugianto Kaimudin. "Dan almarhum Suharyono saat ini telah dijemput oleh Allah, dia mengajak seluruh umat Islam untuk menyatukan tekad dalam menjemput kematian yang syahid," seru Sugianto Kaimudin saat prosesi pemakaman.
Ratusan kerabat dan keluarga hadir dalam pemakaman itu. Suasana pemakaman diwarnai pekik takbir oleh ratusan warga bersama kerabat, dan anak kandung yang didampingi sang istri dari Suharyono.
Sementara itu Kapolda Sulteng Brigjen Rudy Sufahriadi yang juga Kepala Operasi Satgas Tinombala 2016 mengungkapkan, pasca tertembaknya Suharyono alias Yono Sayur alias Pak Hiban, masih ada sembilan anggota kelompok radikal itu yang terus diburu Satgas Operasi Tinombala.
"Pasukan di lapangan tengah memfokuskan pengejaran di wilayah pinggiran yang berbatasan antara Kabupaten Poso dan Wilayah Kabupaten Parigi Moutong," ungkap Rudy.
Saat ini, kata dia, diduga yang menjadi pemimpin mereka ada Ali Kalora. Ia menggantikan Santoso setelah tertembak mati beberapa waktu lalu.