Kemenangan Trump Picu Aksi Jual Besar di Pasar Obligasi Global

Spekulasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan inflasi mendorong investor memilih alihkan aset investasinya.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Nov 2016, 11:02 WIB

Liputan6.com, New York - Kemenangan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2016 telah mengakhiri membeli surat utang atau obligasi. Hal itu seiring spekulasi pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi sehingga mendorong investor memilih alihkan aset ke saham ketimbang obligasi.

Dalam dua hari, aksi jual mencapai lebih dari US$ 1 triliun di pasar obligasi global. Angka ini terburuk dalam 1,5 tahun. Aksi jual terjadi lantaran spekulasi kalau di bawah kepemimpinan Trump akan meningkatkan investasi sehingga menghabiskan dana untuk infrastruktur. Hal itu dapat meningkatkan inflasi.

"Ada sentimen perpindahan di pasar obligasi. Kami melihat itu. Investor bersiap untuk merelokasi asetnya dari obligasi ke saham," ujar Jeffrey Gundlach, Chief Executive Officer (CEO) Doubleline Capital, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (14/11/2016).

Aksi jual yang terjadi di pasar obligasi membuat imbal hasil surat berharga atau surat uang AS naik ke level tertinggi sejak Januari. Hal itu terutama untuk surat utang bertenor 30 tahun. Sementara itu, surat utang Jerman bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam delapan bulan.

Di pasar saham, indeks Dow Jones mencatatkan kenaikan terbaik dalam lima tahun pada akhir pekan lalu. Sebelumnya banyak investor obligasi yakin kalau kebijakan moneter global akan longgar seiring ekonomi global yang lesu.

Adapun Goldman Sachs dan BAML memprediksi imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun dapat naik 2,5 persen dari penutupan perdagangan Kamis pekan lalu di kisaran 2,11 persen.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya